Akhirnya saya beralih dari Samsung Y Duos. Akhirnya… Kalau saja Whatsapp tidak memaksa update & updatenya sudah tidak bisa didownload karena internal memory penuh, saya masih akan pakai Y Duos.
Pendek kata, saya membeli Lenovo P700i di Sun Cellular di lt. LG Ambarrukmo Plaza. Kenapa saya pilih yang ini? Berikut adalah pertimbangannya:
1. Budget constraint. Harga maksimal Rp 2,5 juta.
2. Spesifikasi: produk dg processor minimum 1 GHz, memory minimum 512MB (makin besar makin bgs krn pasti most kepake u/ system), layar kecil (3.14″ ideal) , ada garansi 1thn.
3. Gengsi dari merek nggak penting.
4. Tidak mau Polytron krn punya ibu saya layar agak kurang sensitif.
Akhirnya saya ketemu sama si Lenovo P700i. Merek acceptable, Layar 4″, harga Rp 1,9 juta, warna putih, processor dual core 1GHz, Internal memory 4GB, RAM 512 MB, kamera 5 MP + kamera depan, baterai 2500 mAh, keterangan lengkapnya bisa dilihat di sini.
Dilihat dari spesifikasinya saya puas, dari performance selama 3 hari ini saya juga puas, user interface bagus, kecepatan bagus.
Sebagus-bagusnya produk pasti ada kekurangannya. Ini diantaranya:
1. Saya menggunakan Seeismic untuk 3 akun twitter dan 1 akun FB, setelah browsing entah berapa lama, si P700i sempat hang. Harus saya matikan dulu karena Task Manager tidak bisa ditampilkan. Setelah dinyalakan, bisa lagi, dan saya jadi tahu bahwa gadget tetap ada limitnya, nggak bisa diforsir.
2. Saya kurang suka tekstur dari casing belakang si P700i ini. Masih lebih bagus yang punya adik saya, Lenovo A800, yang lebih saya suka lagi adalah desain dari Samsung Galaxy Y Duos.
3. Agak sulit untuk melakukan copy all text. Tidak ada di menunya, tidak seperti di Samsung.
(revisi: menu copy all text akan muncul setelah kata ter-block dan kursor ditahan 2-3 detik)
4. Agak rempong kalau typo dan mau revisi. Ketika kursor saya arahkan ke sebelah huruf yg salah, defaultnya adalah block kata, jadi harus diklik sekali lagi agar berubah menjadi kursor yg saya inginkan.
5. Karena OSnya Ice Cream Sandwich (ICS) dan mereknya bukan Samsung, agak sulit menemukan aplikasi screenshot/screen capture yang enak dipakai. Kemarin di Froyo saya pakai Screen Capture buatan tomorrowkey, untuk si P700i saya menggunakan Screenshot It Trial buatan Edward Kim. Bocoran: pacar saya OS-nya Jelly Bean malah belum ketemu aplikasi screenshot apapun yang bisa diinstal. Dilema early adopter, ya bok.
(saya revisi dalam post ini)
6. Tombol volume agak sulit ditekan, entah kurang nonjol atau gimana.
7. Saya lebih suka tombol power ada di kanan dan volume ada di kiri. Si Lenovo P700i ini tombol power ada di atas dan volume ada di kanan. Ya, beda selera aja.
***
tambahan per 20 Mei 2013
8. Si Lenovo P700i ini cenderung agak berat, sudah saya sadari di awal ketika membeli, tapi saya kira ‘normal’, baru terasa ‘berat’ lagi ketika megang Lenovo A800 milik adik saya dan Polytron W3430 milik ibu saya. 😦
***
Demikian review saya selama 3 hari pemakaian produk Lenovo P700i. Ada pertanyaan atau sekedar berbagi info ttg produk yg sama, isi kolom komen di bawah, ya. Thank you!