Tag Archives: yogya

Review Lenovo P700i Day 3

Standar

Akhirnya saya beralih dari Samsung Y Duos. Akhirnya… Kalau saja Whatsapp tidak memaksa update & updatenya sudah tidak bisa didownload karena internal memory penuh, saya masih akan pakai Y Duos.

lenovop700i3

Courtesy: lenovop700i.wordpress.com

Pendek kata, saya membeli Lenovo P700i di Sun Cellular di lt. LG Ambarrukmo Plaza. Kenapa saya pilih yang ini? Berikut adalah pertimbangannya:

1. Budget constraint. Harga maksimal Rp 2,5 juta.

2. Spesifikasi: produk dg processor minimum 1 GHz, memory minimum 512MB (makin besar makin bgs krn pasti most kepake u/ system), layar kecil (3.14″ ideal) , ada garansi 1thn.

3. Gengsi dari merek nggak penting.

4. Tidak mau Polytron krn punya ibu saya layar agak kurang sensitif.

Akhirnya saya ketemu sama si Lenovo P700i. Merek acceptable, Layar 4″, harga Rp 1,9 juta, warna putih, processor dual core 1GHz, Internal memory 4GB, RAM 512 MB, kamera 5 MP + kamera depan, baterai 2500 mAh, keterangan lengkapnya bisa dilihat di sini.

Dilihat dari spesifikasinya saya puas, dari performance selama 3 hari ini saya juga puas, user interface bagus, kecepatan bagus.

Sebagus-bagusnya produk pasti ada kekurangannya. Ini diantaranya:

1. Saya menggunakan Seeismic untuk 3 akun twitter dan 1 akun FB, setelah browsing entah berapa lama, si P700i sempat hang. Harus saya matikan dulu karena Task Manager tidak bisa ditampilkan. Setelah dinyalakan, bisa lagi, dan saya jadi tahu bahwa gadget tetap ada limitnya, nggak bisa diforsir.

2. Saya kurang suka tekstur dari casing belakang si P700i ini. Masih lebih bagus yang punya adik saya, Lenovo A800, yang lebih saya suka lagi adalah desain dari Samsung Galaxy Y Duos.

3. Agak sulit untuk melakukan copy all text. Tidak ada di menunya, tidak seperti di Samsung.

(revisi: menu copy all text akan muncul setelah kata ter-block dan kursor ditahan 2-3 detik)

4. Agak rempong kalau typo dan mau revisi. Ketika kursor saya arahkan ke sebelah huruf yg salah, defaultnya adalah block kata, jadi harus diklik sekali lagi agar berubah menjadi kursor yg saya inginkan.

5. Karena OSnya Ice Cream Sandwich (ICS) dan mereknya bukan Samsung, agak sulit menemukan aplikasi screenshot/screen capture yang enak dipakai. Kemarin di Froyo saya pakai Screen Capture buatan tomorrowkey, untuk si P700i saya menggunakan Screenshot It Trial buatan Edward Kim. Bocoran: pacar saya OS-nya Jelly Bean malah belum ketemu aplikasi screenshot apapun yang bisa diinstal. Dilema early adopter, ya bok.

(saya revisi dalam post ini)

6. Tombol volume agak sulit ditekan, entah kurang nonjol atau gimana.

7. Saya lebih suka tombol power ada di kanan dan volume ada di kiri. Si Lenovo P700i ini tombol power ada di atas dan volume ada di kanan. Ya, beda selera aja.

***

tambahan per 20 Mei 2013

8. Si Lenovo P700i ini cenderung agak berat, sudah saya sadari di awal ketika membeli, tapi saya kira ‘normal’, baru terasa ‘berat’ lagi ketika megang Lenovo A800 milik adik saya dan Polytron W3430 milik ibu saya. 😦

***

Demikian review saya selama 3 hari pemakaian produk Lenovo P700i. Ada pertanyaan atau sekedar berbagi info ttg produk yg sama, isi kolom komen di bawah, ya. Thank you!

Makan @ Jogja [20]: Musiro Fusion Korean Food

Standar

Tadi malam saya berkesempatan mencoba makanan Korea di Musiro. Pengalaman saya untuk makanan Korea sangat minim. Saya hanya pernah mencicip makanan Korea di Arirang Jl Tentara Pelajar, Jogja (saat ini sudah tutup, diganti Jang Geum). Di Silla saya memesan makanan bento yang nampaknya bukan merupakan makanan Korea.

Dilihat dari tempatnya, ketika masuk saya tidak yakin tempat ini oke. Mengapa? Karena nampak bukan tempat makan yang pro dari desainnya. Lebih cocok disebut rumah makan daripada restoran (beneran, serasa makan di rumah orang Korea). Tapi saya menemukan makanan yang menarik untuk dicoba.

Tuna Gimbab Set

Saya mencoba Tuna Gimbab (Rp22.000 nett) yang sekilas nampak seperti sushi-nya Jepang. Tuna Gimbab ini isinya ada telur dadar, crab stick, sosis, wortel dan sayur hijau yg sudah diolah (kemungkinan ditumis), dan tuna yang sudah lumat (seperti pada topping pizza). Surprisingly, rasanya enak lho, tidak plain. Saya menduga, rasa gurihnya didapat dari tuna dan sayurannya yg ditumis. Harganya worth-it dibandingkan dengan rasanya. Sejauh ini, inilah varian sushi yang oke yang bisa saya temukan di Jogja (setelah Sentana Bistro tutup). Tuna Gimbab saya beri nilai 7. Oh ya, ada bonus kimchi-nya, saya cicip, tetep ga suka. Di paket ini ada juga semacam sup-nya, kalau di makanan jepang semacam miso soup, tapi ini bukan miso.

Biasanya saya nggak akan pesan sushi sejenis ini (yang ada nori-nya di luar nasi) karena rasanya cenderung hambar/plain. Nah, gimbab di sini bedanya dengan sushi adalah tidak disajikan dengan saus (yg seperti kecap asin). Entahlah rasa asli  gimbab itu bagaimana, tapi yang saya makan sesuai dengan motto-nya Musiro: Resep Korea Lidah Indonesia. Cocok!

Budae Jjigae

Untuk menu Budae Jjigae (Rp30.000 nett), saya tidak begitu suka. Rasanya pedas (saya tidak terlalu tahan pedas) dan asam (saya nggak suka makanan asam). Budae Jjigae ini nampak seperti kuah Tom Yam yang merah itu. Isinya ada Nasi, ham sapi, sosis sapi, daging sapi giling, tok (kue beras), bawang bombay, kimchi, dan makaroni (tulisan di menu). Saya sendiri melihat ada tambahan tauge dan telur di atasnya.

Cool Goguma Latte

Untuk minuman, saya mencoba Cool Goguma Latte (Rp8.000 nett). Kombinasi ubi dan susu. Terkesan paduan yang aneh bagi orang Indonesia. Rasanya seperti susu segar yang ada gumpalan-gumpalan susunya (akibat dibuat dengan air es), tapi gumpalannya sebenarnya dari ubinya. Rasa ubinya nggak kerasa sama sekali. Ya, boleh lah untuk dicoba.

Karena saya haus, saya pesan lagi Guava Juice (Rp6.000 nett). Rasanya hampir hambar dan tidak terlalu kental. Jusnya sehat nih, nggak banyak gulanya. Tapi rasanya jadi kurang menarik. Ternyata Lemon Cha (Rp5.000 nett) teman saya juga ga manis. Apakah minuman orang Korea tidak manis? Atau pemiliknya pro makanan rendah gula? Yah, kalau kurang manis, tinggal minta tambah gula aja kali, ya.

2013-01-24 20.13.08

Musiro ini tidak memiliki AC, adanya kipas angin. Ketika masuk, hawanya agak sumuk (karena di luar adem, malem soalnya), tapi ada kipas angin yang menolong, dan tubuh juga bisa beradaptasi. Nggak sampai keringetan sih duduk di sini (waktu malem), jadi masih cukup nyaman untuk makan di sini. Kursinya dari kayu dengan bentuk yang agak etnik, cukup makan tempat, waktu saya mau meninggalkan meja sempat kesenggol juga mejanya. Mungkin karena kursinya, mungkin karena sayanya saja.

Selamat mencoba! Rekomendasi saya cuma untuk gimbabnya (sementara ini), nanti kalau udah icip-icip lagi dan ada yang enak, saya tulis review lagi, yaa.

Musiro Fusion Korean Food

Alamat: Jl Alamanda No.2 Yogyakarta

Delivery: 081578811533 / 0852223203888

Facebook: Musiro Korean Food

Twitter: @MusiroKoreaFood

Logo halal: ada

Jalan menuju Musiro: Di Jalan Affandi/Gejayan ada bakery Swiss House, seberangnya ada gapura, masuk gapura itu, 100 meter di kanan (Utara) jalan.

Note: dulu sebelum pindah ke Jl Alamanda, outlet lama ada di jl Affandi, dekat Swiss House Bakery.

Photo Courtesy: Aurelia Claresta U

Bisnis yang Tidak Feasible di Jogja (bagian 2)

Standar

Hari ini saya tepati janji saya untuk melanjutkan rangkaian tulisan tentang bisnis yang tidak feasible di Jogja. Semoga bermanfaat.

2. Warnet 

Jogja adalah kota pelajar hingga kini. Jumlah perguruan tinggi di sini ribuan. Jumlah sekolahnya pun banyak sekali. Wirausahawan pemula yang  muda (apalagi jika suka bermain game online) mungkin akan membuka warnet sebagai pilihan bisnisnya. Tapi menurut saya, warnet dengan jumlah komputer kurang dari 20 buah adalah bisnis yang tidak feasible. Mengapa?

my warnet

Photo courtesy: http://elektronicakomputerzone.blogspot.com/

Alasan 1. Tarif umum untuk menggunakan jasa warnet di Jogja adalah Rp3.000 – 4.000 / jam. Tarif ini terlalu rendah untuk membiayai keberlangsungan bisnis yang kompetitif. Warnet yang diminati pasti yang koneksinya paling cepat, komputernya baru, dan ruangannya nyaman. Jika mau buka warnet 10 komputer, investasinya paling sedikit dibutuhkan Rp40 juta* sedangkan omsetnya (saya perkirakan) Rp100-200 ribu per hari (walaupun sudah buka 24 jam), nggak worth it.

* sumber penelitian ini (hal 11)

** berdasarkan wawancara, forum ini, dan penelitian ini (hal 14)

catatan: walaupun sumber adalah penelitian dari tahun 2003, namun kondisinya omset warnet2 tidak jauh berbeda dengan tahun 2013 ini.

Alasan 2. Jumlah target market pengguna warnet kian hari kian sedikit, karena kesejahteraan orang semakin baik karena perekonomian Indonesia yang baik sehingga semakin banyak orang memiliki koneksi internet di rumah, sekolah, kantor dan smartphone/tablet pribadi.

LIMUNY – Layanan Internet Mahasiswa UNY adalah salah satu ‘warnet’ yang terkenal cepat koneksinya

Photo courtesy: akun “airyto” pada forum.indowebster.com

Alasan 3. Adanya perang harga antar warnet (dan sudah terjadi) di Jogja sehingga merugikan semua warnet.

Warnet yang ditambah nilainya dengan menjadi Cafe internet pun tidak menjamin mendapatkan omset yang baik. Selama 7.5 tahun mengamati bisnis warnet di Jogja, saya sudah melihat warnet-warnet kecil tumbuh dan mati silih berganti, warnet yang cukup besar dan sukses di tahun 2006-2007 sekarang sepi dan berada di posisi yang sulit (Bumi Net), serta grup warnet bagus dan besar yang menawarkan franchise tumbang (grup Groovy Net, Bayo Net, & Rama Net). Ini sudah lebih dari cukup bagi saya untuk mengatakan bahwa bisnis warnet di Jogja persaingannya sudah jenuh dan target marketnya mengecil sehingga sudah tidak feasible lagi untuk dimasuki.

header bayonet

TAPI saya mengamati sebuah warnet yang masih eksis (walaupun mungkin dulu jauh lebih baik keadaan finansialnya) namanya SATRIA NET. Lokasinya ada di Babarsari, pertigaan dekat Unprok. Warnet ini okupansinya bisa diacungi jempol KARENA warnet ini memiliki koleksi software, film, lagu, komik, dan skripsi yang sangat banyak. Bisa terlihat mereka memiliki server sendiri untuk menyimpan data-data yang sangat banyak tersebut. Walaupun sifatnya ilegal, tapi itu yang menjadi nilai tambah dari warnet tersebut. Orang datang bukan (hanya) untuk internetan, tapi untuk copy file film/lagu/komik sehingga tidak perlu download sendiri.

(bersambung ke bisnis lain di post selanjutnya….)

Makan @ Jogja [17]: Mediterranea Restaurant by chef Kamil

Standar

Udah lama banget nggak nulis di blog ini. Apalagi nulis ttg makanan. Saya pengen mulai nulis lagi, terutama tentang rekomendasi makanan-makanan di Jogja. Tulisan rekomendasi ini mungkin bisa jadi nampak sepele. Tapi, saya kira rekomendasi semacam ini bisa membuat efek positif terhadap sektor ekonomi dan pariwisata di Jogja. 🙂

Gambar

@chefkamil

Singkatnya, Minggu malam yang lalu, saya makan di Mediterranea Restaurant by @chefkamil (Camille Massard Combe). Letaknya di Jl Tirtodipuran 24a, tetanggaan sama Resto Bu Ageng-nya Butet Kertaredjasa. Restoran ini ‘baru’ buka tanggal 15 September 2012, jam bukanya 11.00-23.00, libur setiap Senin. Tapi, saya sudah pernah mencicipi masakan chef Kamil ini sewaktu dia jadi owner & chef di K-Meal (sekarang sudah tidak lagi).

Resto ini menyediakan masakan Italia, Perancis, dan Mediterania. Contoh menunya ada di sini.

Yang saya makan namanya kira-kira chicken braise with butter rice served with dates and ginger (Rp47.000 nett) (abisnya panjang bener sih). Sayangnya saya nggak ada fotonya , di web-nya juga nggak ada fotonya. Foto yg di bawah kualitasnya kurang baik, hasil browsing, sayang sekali tidak merepresentasikan rasanya yang enak. Intinya, ini adalah nasi dg mentega (bukan margarin) yg ada beras gorengnya sedikit, jadi agak kriuk. Ayamnya dipanggang, empuk, juicy, dan bumbunya terasa. Ada tomat di atas ayamnya, membuat rasanya lebih fresh. Lalu ada kurma dan jahe. Ternyata keduanya nyambung yah, kalau digabungkan. Mungkin ini komponen supaya ada unsur mediterania-nya. Untuk menu ini, saya beri nilai 8, which is menurut saya, nilai yang baik.

Gambar

saya waktu itu duduk di sini

Adik saya makan penne with pesto and champignon sauce (Rp35.000 nett). Maksudnya pasta penne dengan saus jamur champignon. Abis ini, saya akan cari tahu gimana cara nyebut champignon ala orang Perancis. FYI, Chef Kamil ini adalah orang Perancis. Kemarin, pelayannya juga agak gak pede nyebut champignon itu. Hahaha… 🙂 Penne ini saya beri nilai 7. Tidak mengecewakan, rasanya standar lah untuk pasta, rasanya memang cuma gitu, kan 🙂

Chicken Braise with dates & ginger (taken by Stefaan D – TripAdvisor)

Untuk minuman, saya pesan Balasis Green (Rp18.000 nett), yaitu kelengkeng, apel, dan mint. Perpaduan yang menarik. Sayangnya, rasa kelengkengnya tertutupi rasa apel dan mintnya. Supaya apel tidak berubah kecoklatan, ditambahkan beberapa potongan jeruk nipis di dalamnya. Audris menjelaskan pada saya, fungsi vitamin c adalah untuk menghambat oksidasi yang membuat jus apel bisa berubah jadi berwarna cokelat. Minuman ini saya beri nilai 7.5 karena inovatif (menurut saya yg amatir di dunia perkulineran).

Sebagai makanan penutup, saya pesan strawberry creme brulee (Rp25.000 nett). Saya pesan karena saya sering nonton acara masak-masak di TV kabel dan menu ini sering sekali muncul, tapi saya belum pernah coba (harap maklum, :P). Saya tidak suka permukaannya yg dikaramelisasi, karena terlalu manis untuk saya, tapi creme-nya saya suka. Nilainya 7.5

Makanan itu menarik untuk dibahas (dan DIMAKAN). Kedua hal itu sudah selesai saya lakukan. Mari kita move-on ke makanan yang lain, di lain hari, ketika sudah gajian. Bye! 🙂

Makan @ Jogja [16]: Sentana Bistro

Standar

Saya sudah pernah menulis sedikit tentang menu di Sentana Bistro. Weekend minggu lalu saya datang ke Sentana Bistro untuk yang ketiga kalinya (if i’m not mistaken) dan mencoba berbagai makanan yang dibayari boss besar saya: my mom.

gyu soyu ramen - sentana bistro

Kami memesan 3 menu ramen: chicken ramen, sentana ramen, dan gyu soyu ramen. Kesimpulannya adalah: chicken ramen yang saya puji-puji di kedatangan lalu kini dikalahkan sama Gyu Soyu Ramen (harga sekitar Rp24.000).

unagi sushi - sentana bistro

Menu lain yang menggembirakan saya adalah Unagi Sushi (sekitar Rp44.000) untuk 3 potong sushi seperti di gambar. I like it 🙂 Untuk salmon teriyaki-nya, lumayan oke, cuma sedikit (terlalu) manis…

Makan @ Jogja [15]: Hikari Ramen

Standar

review terbaru ttg Hikari Ramen

Karena rekomendasi orang tak dikenal di salah satu grup makanan jogja di Facebook, saya akhirnya mendatangiHikari Ramen di jalan Wakhid Hasyim (Nologaten ke utara terus sampe nembus Ring Road Utara) sekitar dua minggu yang lalu.

Saya datang ke sana dalam kondisi nggak prepare untuk nulis blog. Jadinya nggak bawa kamera. Begitu masuk, ragu setengah mati. Karena tempatnya agak parah. Low budget business terlihat dari interior-nya. Atas saran mbak waitress, saya memesan Gyu Soyu Ramen (Rp14.500). Yang masak adalah seorang lelaki yang wajahnya sedikit oriental, dan berpakaian lumayan gaul. Sayangnya, dia mungkin ngerasa kegantengan untuk sekedar mengucapkan ‘selamat menikmati’ dan sedikit tersenyum sewaktu mengantarkan si ramen ke meja saya. Saya makan ramen sambil nonton TV di sana. Lumayan lah, datang sendirian, ruangan nggak ada suasana, tapi nggak memble…

Gyu Soyu Ramen yang saya makan di Hikari Ramen ini sangat nggak mengecewakan :). Recommended, guys! Best value ramen i ever had in Jogjakarta.

Peringatan aja, Hikari Ramen nggak cocok buat mereka yang: menyukai seni makan dengan suasana yang perfect, orang kaya yang nggak biasa makan di warteg, orang yang lanjut usia, orang yang dateng bawa temen sekampung (kapasitas kedai ramen ini terbatas), dan orang yang benci parkirin mobilnya di jalan sempit.

Saya belum coba Nikkou Ramen… Next time deh

Wisata @ Jogja [2]: Pantai-Pantai Berpasir Kuning

Standar

Saya baru saja pulang dari liburan singkat ke pantai-pantai Gunung Kidul. Pertama kali diajak ke sana (Pantai Sadranan) sama temen-temen Manajemen UGM 2005 waktu libur Waisak 28 Mei 2010 kemarin. Selanjutnya, jadi ‘ngebet’ nawarin keluarga untuk liburan ke sana.

bukit ber-villa di pantai Sadranan

Seneng banget ketika liat pantai berpasir kuning di Jogja…. Seperti melihat surga (perasaan di 30 detik pertama). Apalagi pantai yang saya kunjungi pertama kali tsb adalah pantai yang masih alami (virgin) alias tidak ada pedagang dan terlalu banyak orang di sana. Kenapa saya lebay begitu? Karena selama ini di Jogja ngeliatnya cuma pantai Parangtritis dan pantai Depok. Pasir abu-abu tua menuju hitam, banyak andong dan kotoran kuda, pantai kurang bersih karena pendatang ninggalin sampah, pantainya banyak pengunjungnya (rame), pedagang banyak, pantai curam, ombak besar (sehingga nggak berani main air).

Adik saya yang kecil baru lulus SD, dan hari Selasa (15/6)  ini dia libur. Maka, kemarin kami merencanakan berangkat ke pantai Sadranan. Walaupun saya tidak tahu jalan, namun karena PD yg tinggi, saya yakin aja bakal nemu dengan modal nanya-nanya dan sedikit ingatan akan jalan ke sana (sebelumnya baru 1 kali ke Sadranan, dan 1 kali kondangan di Tepus).

Kami ber-4 berangkat agak terlambat dari rencana karena packing-nya dilakukan sebelum berangkat. Harusnya mau berangkat (ket: rumah kami di daerah Maguwoharjo, Depok, Sleman)  jam 13.30 karena jam 15.30 adalah waktu yang pas untuk sampai di sana (matahari sudah tidak terlalu terik). Kami berangkat pukul 14.15 dan masih mampir di Mister Burger untuk kepentingan perut dan mulut. Berbekal keterangan dari pak Zulkarnain, pemilik guest house yang akan kami incar, saya berpedoman pada nama pantai Sundak yang lebih terkenal dari pantai Sadranan. Kalau ketemu plang petunjuk jalan, intinya ambil yang ke Sundak.

Setelah memilih jalan yang ke arah Sundak (kiri) dan bukan ke arah Baron (lurus), saya merasa, ini adalah jalan yang belum pernah saya lewati. Waktu ke Sadranan sebelumnya, nampaknya bukan lewat jalan yang ini. Walau agak-agak cemas, saya hanya mencoba memperbaiki keadaan dengan agak ngebut supaya nggak kesorean ketika sampai di pantai. Singkat cerita, pantai Sadranan akhirnya ketemu dengan patokan villa di atas bukit yang sempat saya incar untuk diinapi, namun hasil browsing di internet mengatakan harga semalam di villa tersebut adalah 4 juta rupiah. Ih waaww.

Horeee… akhirnya pantai Sadranannya ketemu juga. Mantap! Memang benar, pantai Sadranan terletak sekitar 500 meter di barat Sundak. Kami sampai di sana sekitar pukul 16.30.

tanaman di villa bukit pantai Sadranan

Agak kecewa sedikit karena langit agak berawan, kurang bersih (kurang biru) dan air laut sedang surut. Karang-karang yang ditumbuhi rumput laut jadi kelihatan. Main air jadi agak susah. Tapi pasir pantai di sana tetep sipp… Kuning, bersih, dan (syukurlah) masih tetap belum ada pedagang. Adik-adik langsung bermain berdua, saya ‘ngebet’ pengen ke villa di atas bukit karang. Mama juga setuju untuk naik ke sana. Singkatnya kami sampai di atas dan ternyata pemandangan dari atas kurang oke karena pemandangan pantai Krakal yang agak rame orang dan udah ada bangunannya. Tidak seindah yang dibayangkan. Villa-nya juga seolah nggak ada yang jagain (at least semacam receptionist gitu). Tapi tanaman di sana terlihat sangat terawat. Ada 2 pondokan dan 1 buah ruang berdinding kaca yang mirip restoran/meeting room. Semuanya terkunci, dan entah di mana pelayannya.

kamar di guest house Kampoeng Baron

Kami cabut dari Sadranan sekitar pukul 18.00 dan mencari guest house Kampoeng Baron. Sempat salah jalan, tapi akhirnya nemu juga. Tidak jauh dari gerbang retribusi kawasan wisara Baron (di mana saya mendapatkan selebaran waktu pergi ke Sadranan sebelumnya). Kami ambil kamar AC double bed dengan 1 buah extra bed. Tempat ini adalah yang terbaik yang bisa kami temukan dan cocok untuk kami. Sebelumnya sempet depresi melihat harga villa yang 4 juta dan hotel-hotel melati yang harganya 20 ribu-an. Tempat ini recommended! Saran: datanglah ber-ramai-ramai bersama teman, karena saat malam tiba, di sana sepiiii banget. Pokoknya kudu ada tim rame-rame. Kalo cuma ber-2 bareng pasangan, ehm… ehm…. kayanya kurang rame. Hehehe

Pagi tadi, kami akhirnya memilih pantai Sepanjang. Ini juga pantai yang oke! Lagi-lagi karakteristiknya sama dengan pantai Sadranan, yaitu masih alami. Jalan masuk memang belum aspal (sama dengan Sadranan). Tidak ada lahan parkir, tidak ada kamar mandi bilas, tidak ada pedagang. Horeeee!!! Dan pagi ini cuma ada 1 orang duduk mancing di sana. Serasa pantai pribadi!!! Senang!!! Pasir di Sadranan memang lebih halus dan bagus, tapi pantai Sepanjang tak kalah bagusnya karena punya batu-batu karang di sisi timurnya. Kami main air dari jam 05:30-07:00. Itulah waktu terbaik bermain di pantai dan tidak gosong.

Pantai Sepanjang

Well well well…. i’m gonna say, those are my favourites in Gunung Kidul. say sorry to Krakal, Baron, and other beaches… I love virgin beaches.

Audris (my first brother)  said that Tanjung Tinggi in Belitong is much better. But i just can say, these are the best beaches we can find in Jogja….. Love them!!!

Makan @ Jogja [11]: Amboja Resto

Standar

review terbaru ttg resto ini

15. Amboja Herb Garden Resto [Jl. Kaliurang km.18,7]

Tanggal 2 Agustus 2009 yll, untuk pertama kalinya saya mencoba makan di Amboja Resto yang sudah direkomendasikan seorang tante dan seorang teman nggosip. Dan sekarang saya ingin melakukan hal yang sama, yaitu melanjutkan word of mouth ini.

Resto ini patut anda singgahi kalau anda ke Jogja. Ini adalah resto yang cocok untuk dikunjungi kalau anda sedang refreshing atau berlibur di Jogja. Tempat ini cocok untuk anda yang mau mengajak tamu dari luar kota untuk mencicipi salah satu ‘rasa’ Jogja. Tempat ini memiliki nuansa santai yang mendukung rasa nyaman bagi pengunjung.

Semua menu di sini menggunakan produk lokal yang mereka tanam sendiri di sekitar resto. Cocok buat para pendukung penggunaan produk lokal dan vegetarian.

Rasa makannya tidak bisa dibilang luar biasa, tapi enak kok. Saya mau sekali untuk kembali makan di sini. Ada yang mau ajak saya???

Oh ya, ini daftar menu yg kami pesan waktu itu:

jamur asam manis 17.500

Nila Sc plawangan 26.000

kailan sc tiram 15.000

nasi putih 3.000

nasi hitam 5.000 [nice try]

singkong thailand 11.000 [not recommended.no more]

teh kayu manis 6.000

juice amboja 12.000

marquisa juice 12.000 [like it]

es jeruk 7.500

Makan @ Jogja [10] : Yamie Manis Bandung 59

Standar

update post Nov 2012

14. Siomay & Batagor Bandung 59 [Jl. Beskalan 35 – selatan pasar Pathuk]

Saya punya tempat makan favorit untuk menu yamie manis, yaitu di sini. Harga yamie manisnya Rp7.500 per porsi. Porsinya sangat pas untuk seorang Aurelia. Tapi kalau untuk para pria-pria berkebutuhan karbohidrat tinggi, bisa pesan ukuran jumbo, harganya kurang  tahu, karena saya tidak pernah mampu makan lebih dari porsi biasa.

Pemilik tempat makan ini adalah seorang pria ramah asal Bandung. Saya suka sekali melihat ekspresi ceria si om pemilik tempat ini.

semangkuk yamie manis yg sudah diublek-ublek dan dimakan sedikit

Di sini saya hanya pernah memesan yamie manis, dan tempat ini menjadi tempat makan yamie manis ter-oke di Jogja menurut saya :). Silahkan mencoba kalau ada kesempatan! Lomie-nya juga enak kok… saya pernah nyicip 🙂 Mungkin next time kalau bisa menahan air liur terhadap menu yamie manisnya, saya akan memesan batagornya….

Makan @ Jogja [8] : Tio Chiu

Standar

12. Tio Chiu [Jl. Moses Gatotkaca, Mrican – di balik counter-counter HP daerah Moses Gatotkaca]

Baru semalam saya makan di sana. Awalnya memang rekomendasi teman. Dan saya meneruskan word of mouth ini 🙂 Silahkan datang ke sana. Selalu rame, karena enak dong tentunya. Takut mahal? Lihat dulu gambaran harga untuk 1 kali makan di sana:

  1. Hotplate ayam Rp18.000 (enak gila… banyak lemaknya sih. gimana nggak enak… kalo yg daging sapi, alot, saya tidak suka. Yang sotong/cumi kurang fresh jadinya agak amis)
  2. Nasi putih Rp2.000
  3. Es teh manis Rp1.500

Nggak mahal-mahal banget kan… Oya, itu hotplatenya bisa dimakan berdua lho 🙂 Kapan-kapan coba ya!