Category Archives: quote

Pedoman untuk Menolong Orang Tanpa Mencelakai Diri Kita Sendiri (Deddy Corbuzier)

Standar

Hari ini saya tergugah untuk nonton video Podcast Deddy Corbuzier dengan Azka, anaknya (yang sedang trending #8 di Youtube).

Deddy Corbuzier: Papa ngajarin kamu, Azka kamu harus jadi orang yang berguna. Harus bisa bantu orang lain. Kalau kita bisa tolong orang ya kita tolong. Ya, walaupun tidak semua orang harus kita tolong, dan semua orang bisa kita tolong, pastinya. Kalau kita tolong semua orang ya kita cilaka juga jadinya.

Kaya lilin, lilin bisa nyalain lilin yang lain, tapi lilin ini nggak mati. Kalau lilin ini nyalain lilin lain, dan lilin ini mati, salah.

Apa yang disampaikan Deddy untuk Azka ini sangat relevan buatku pribadi. Karena aku rasa-rasanya belum pernah dapat nasehat ini.

One time in my life, I keep helping people who was wasting my kindness. I almost died. I was numb. I thought I was over. I was drained. Lucky me, God sent me a helper, to stand.

Well, aku tulis pesan ini terutama untukku sendiri (di masa depan). Dan untuk kamu-kamu yang juga butuh untuk membaca ini. God bless you. You have a blessed life.

Pesan Dari Aku di 2008 untuk Aku di 2021

Standar

Steve Jobs punya satu quote terkenal tentang “connecting the dots“, bahwa kita tidak bisa connecting dots ke masa depan, tapi hanya bisa melakukannya ke masa lalu.

Aku menelusuri jejak masa laluku melalui blog ini dan menemukan bahwa ada pesan dari postingan blog-ku di 2008 yang relevan untukku di 2021.

Manusia sungguh pelupa, maka baiklah baginya untuk menulis sepanjang waktu.

Di postingan itu aku menulis bahwa aku mendapat pesan dari Romo Kirjito, Berdoalah dengan past tense.

Tuhan, terima kasih telah membawaku ke Bali, tulisku di 2008 walaupun kenyataannya belum sampai ke sana.

Lalu di 2009 aku berkesempatan ke Bali saat study tour. Lalu terulang lagi di 2013. Dan lagi di Maret 2021.

courtesy photo – Aurelia Claresta Utomo

Di 2021, aku sudah lupa akan pesan Romo Kirjito itu, kalau tidak kubaca ulang postingan blogku sendiri.

Hai diriku di 2008… Terima kasih untuk catatannya. Teruslah menulis hingga akhir!

Note: foto diambil di bandara Ngurah Rai dari balik kaca. 6 Maret 2021.

Quote Grey’S Anatomy S15 E24 “Drawn to the Blood”

Standar

Jo: Was your mother raped? Was your mother raped by your father? Is that why you exist? Do you look like a rapist? Do you wear his face? Okay, then. I don’t think you do get this, so please go home.

Jo: I remember playing in this crappy playground when I was 7. (…) and there was this girl (…) and she went sliding down this yellow slide, and she just crashed right into the concrete. And I remember her mom just run over and scooped her up and held her, (…) she just… she just whispered, “I’m sorry” in her daughter’s ear, and she just kept holding her and holding her. Until she felt like it was safe to let go.

Screen Shot 2019-05-13 at 12.29.56 AM

My whole life, I was convinced that, if I ever met my mom, she would do the same, that she would say she was sorry, and she would hold me until I felt safe. But that’s not ever gonna happen because I never should have existed in the first place.

Paul? Everything he did to me? Everything I escaped? That was my birthright, Meredith. That was my enheritance.

Meredith: Jo, if you didn’t exist, Megan Hunt’s abdominal wall transplant would have never happened. Mini-livers would’ve taken years, not months. Paul would still be hurting his fiancĂ©, I’m sure. Alex Karev would probably still be “evil-spawn.” Alex Karev would not be the man he is without loving you or being loved by you.

Violence isn’t your birthright or your inheritance. It’s something you survived because you are the opposite of that. You have en enormous will, an enormous heart, an enormous capacity for survival.

You’ve taken all this darkness and used it to help other people who are walking through the same. You lined that hallway with women to help that woman who was hurting badly just hurt a little bit less.

You’ve taken your darkest experiences that life gave you, and you turned it around and turned it into light. And if the woman who gave birth to you doesn’t want to see that, then that’s on her.

Screen Shot 2019-05-13 at 1.06.51 AM

Meredith: You know, there was a moment years ago, I … slipped, and fell into the sound. into freezing, freezing cold water. and I thought to myself, just for one moment, I thought, “Why fight? Why not just stop?”

Jo: But you fought?

Meredith: No, I didn’t. I stopped. The only reason I’m here is because the people who loved me didn’t give up on me, so what’s i’m asking you is, is this you telling me that you just need few more days under the covers until you can go back to work? Or you telling me that you want to stop?

Jo: I don’t wanna stop and I do.

(Jo confessing her sadness for the fist time about her condition after she met her biological mother)

Kutipan

Mr Darcy: Miss Elizabeth. I have struggled in vain and I can bear it no longer. These past months have been a torment. i came to Rosings with the single object of seeing you… I had to see you. I have fought against my better judgement, my family’s expectations, the inferiority of your birth by rank and circumstance. All these things I am willing to put aside and ask you to end my agony.

Elizabeth Bennet: I don’t understand.

Mr Darcy: I love you.

Pride and Prejudice (film), 2005

Mr Darcy & Miss Bennet

Tentang Iman

Standar

Beriman adalah seni bertaruh. Membela sesuatu yang dianggap benar dengan resiko besar.
Orang yang memilih tidak percaya, tidak menaruh taruhannya di sana. Ia pun tidak memiliki kesempatan untuk memenangkan apapun sebagai hadiahnya.

Harmoni.
Jumat, 14 Jan 2011; 00:59

Apa yang (Tak) Boleh Ditanyakan

Standar

Saya tidak kenal siapa itu @vipertongue. Tapi saya suka dengan quote-nya yang saya baca di Twitter.

If annoyed by your relatives’ nosey questions, just remember to not do the same when you become their age.

Hari gini, jaman Twitter meraja, semua orang bisa terkenal karena kata-kata-seratus-empat-puluh-karakternya. Syaratnya gampang-gampang susah. Bikin banyak orang meyakini kalimat itu sebagai kalimat ampuh, sehingga mereka dengan sukarela me-retweet-nya.

But.. heyyy…. I’m not gonna talking about Twitter here. Saya mau membahas tentang pertanyaan-pertanyaan yang sangat biasa terdengar di sekitar kita, dan sangat mudah kita tirukan, padahal sangat menyebalkan bagi yang mendengarkan.

Bisa tebak, pertanyaan apa itu? Yak, Tuan.. Anda benar sekali (penulis mulai berimajinasi sendiri, bisa membaca benak pembacanya),

Skripsinya sampai mana? Kapan lulus?

dan tentu saja, jawaban si tuan imajiner ini sudah sepaket dengan lanjutan reseh yang serupa, seperti

Loh, kamu masi di kampus aja? Sana, cepetan lulus, cari kerja.

Itu adalah variasi jenis pertanyaan yang membuat banyak mahasiswa tertohok-tohok dan banyak pisau-pisau imajiner nancep di mana-mana. Membuat si (calon) mahasiswa abadi berdarah-darah seperti aktor-aktor di film Darah Garuda yang saya tonton minggu lalu.

Variasi pertanyaan itu di masa-masa selanjutnya bunyinya nggak akan jauh-jauh dari

Kapan kawin? Kapan mau punya baby? Kapan nambah adik?

Begitu ‘lucu’nya pertanyaan-pertanyaan ini, sampai ada lebih dari satu iklan yang menggunakan pertanyaan segala jaman itu. Iklan apa itu? Seingat saya, ada iklan rokok “Mei…Maybe..” dan iklan KB.

Adrian Darmono

Indonesia memang istimewa. Orang-orangnya merasa bebas lepas untuk menanyakan hal-hal ‘nyebelin’ semacam itu tanpa merasa bersalah. Makanya saya setuju banget dengan apa yang ditulis @vipertongue di tweet-nya. Actually namanya Adrian Darmono. Sebut nama, biar kelihatan lebih manusiawi. Kalo viper tongue kan kesannya makhluk sejenis Voldemort yang separoh uler gitu. Out of topic. Lanjuuut.

Walaupun sampai hari ini, tweet itu cuma di-retweet oleh 38 orang (termasuk saya)… Menurut saya, apa yang dia bilang itu patut diingat-ingat sepanjang jaman. Kalo menurut kamu, pertanyaan-pertanyaan itu adalah pertanyaan reseh, nggak berprikemanusiaan, dan melanggar privasi. Please, rememberDon’t ask the same question, after you pass that question. Kalo udah lulus, ya nggak usah nanya-nanya sok tengil ke adik angkatan

Skripsinya udah sampai bab brapa?

*bersambung*

Supernova Petir

Standar

Saya akui, saya terlambat enam tahun dalam membaca novel ini. Saya bahkan lebih dulu membaca Perahu Kertas daripada si Petir ini.

Menurut saya, Petir ini jayus, aneh, dan konyol. Semua karena si tokoh utamanya memang ditakdirkan berperilaku seperti itu; Elektra Wijaya. Saya tetap lebih suka Supernova buku pertama: Putri Ksatria dan Bintang Jatuh. Sedangkan Akar saya rasa juga aneh dan mistis. Hahaha. Susah kumengerti.

Anyway… walaupun novelnya demikian, ini adalah petikan quote yang saya mau bagikan.

Orang yang menukar jiwanya sama duitlah yang bikin duit punya nyawa (Toni/Mpret – hlm.122)

Pekerjaanmu kelak hanya penyambung nafkah, sebesar apapun kamu mencintainya, jangan takut untuk meninggalkan semua itu bila saatnya datang. Jangan ragu. Dirimu lebih besar dari yang kamu tahu (Ibu Sati – hlm.107)

Janji pada diri kamu sendiri. Janji pada orang lain adalah janji yang paling mudah dilalaikan (Ibu Sati – hlm.106)

Besok pagi, bayangin, lu bangun dan satu dunia sepakat kalo uang itu nggak ada. Bisa? Pasti bisa. Uang bisa hilang dalam sedetik. Tapi coba lu bayangain, lu dan dunia sepakat kalo rasa bahagia itu nggak ada… cinta itu nggak ada… bisa? (Toni/Mpret – hlm.123)