Category Archives: bisnis

Tranfez – Aplikasi Transfer ke Luar Negeri yang Recommended

Standar

Hello… Seperti yang kalian tau, aku memang sedang jualan barang yang belanjanya dari Luar Negeri. Kali ini aku belanja dari Vinted. Aplikasi barang second di Uni Eropa. Dan juga Ebay Jerman. Untuk pembayaran aku dapat saran dari Jastip untuk kirim ke rekanan Jastip di Jerman pakai Tranfez untuk dapat free transfer. Setelah aku dapat charge sekitar EUR 5 untuk transfer uang EUR 10 ketika transfer pakai PayPal Friend & Family. Hahaha

Long story short, aku instal Tranfez per 17 Sept 2021. Aku pakai untuk kirim uang ke orang Indonesia di Jerman, rekanan Jastip yang kupakai. Konon katanya langsung sampai. Caranya sangat mudah

Untuk transfer hanya dibutuhkan 3 hal: Nama Lengkap, nomor IBAN (seperti nomor rekening dengan kode negara dan kode bank) serta BIC yaitu kode nomer dan angka khas untuk si pemegang rekening. Dari yang pernah aku lakukan, uang masuk langsung, kurang dari 1 jam. Di luar hari libur ya.

Setelah itu, kamu akan dapat angka berapa nilai yang harus kamu transfer dari bankmu di Indonesia. Aku pakai BCA. Jadi aku harus transfer persis di angka conversionnya ke nomor rekening BCA mereka yaitu PT Indo Koala Remittance 5230393933. Lalu upload bukti transfer ke aplikasi dan tunggu diverifikasi.

Hingga saat ini aku udah pakai sebanyak 6 kali transaksi berhasil. Semuanya memuaskan termasuk ketika ada kesalahan. Yaitu kiriman uangku ditolak. Alasan penolakan ada beberapa, jadi nggak bisa disimpulkan yang mana. Hanya butuh bikin request baru dan upload lagi bukti transfer kita. Dibantu dengan CS yang cukup responsive via WA, kirim ulang lancar nggak banyak drama seperti yang aku alami untuk pengisian PayPal dengan Triv.id

Untuk kurs transfer, menurutku cukup bagus rate-nya. Aku dapat rate EURO seharga 16.600-16.800an di kurun waktu 17-30 Sept 2021. Jauh lebih bagus rate-nya dibanding aku pakai kartu kredit Bank Niaga (yang limitnya 100 juta, LOL).

Kalau ada yang tertarik untuk coba aplikasi transfer uang ke luar negri, TRANFEZ, bisa pakai kode referral dari aku untuk dapatkan free biaya admin. Aku udah 6x pakai selalu free biaya admin. Masih happy sampai saat ini. LOVE IT!

Save kode Referral aku ya: 646F82. Salam Cuan!

Tips Tarik Saldo BukaDompet di bawah 25 ribu ke rekening BCA

Standar

Aku mau share pengalaman aku manarik saldo di bawah Rp25.000,00 (dua puluh lima ribu rupiah) di BukaLapak.

Nah, 18 Maret 2021 yang lalu aku ada menjual produk dengan nilai pas Rp25.000. Ketika ada potongan Super Seller, maka saldonya jadi di bawah dua puluh lima ribu rupiah. Padahal saldo BukaDompet harus berjumlah minimal Rp25.000 untuk bisa dicairkan ke rekening bank.

Nah, untungnya aku udah punya akun DANA, walaupun belom pernah di-sync / dihubungkan ke akun Bukalapakku. Maka langkah pertama aku hubungkan dulu akun DANA ke Bukalapak. Setelah itu aku bisa melakukan pencairan saldo dari BukaDompet ke DANA.

Untuk pencairan BukaDompet ke DANA, limitnya Rp10.000. Nah, akhirnya aku pindahkan dulu saldo BukaDompet ke DANA.

Selanjutnya dari DANA aku bisa pakai tambahan saldo itu untuk dimasukkan ke rekening bank apa aja tanpa biaya administrasi.

Oh ya, untuk jeda waktu pencairan dari BukaDompet ke DANA, realtime ya. Transfer jam 04:11, sampai di DANA juga jam 04:11. Tidak ada waktu tunggunya. Semoga tipsnya berguna, ya!

TIPS BERJUALAN DI INSTAGRAM

Standar

Pagi ini saya sedang nge-post untuk online shop saya. Setelah upload konten harian, saya teringat akan post saya tentang tips berjualan di Instagram tanpa (Paid Keroyok). Dan post itu ternyata sudah 30 bulan yang lalu. So long time no post! Aurelia… Gosh!

Katanya pengalaman itu guru terbaik. Katanya. Kenyataannya, memang iya. Hahaha…

Dari dulu saya anti ngiklan, bayar-bayar paid keroyok / endorser. Sekarang gimana? Masih SAMA!

Dulu saya emoh (ogah) SPAM-SPAM di postingan SELEBGRAM. Sekarang gimana? Masih SAMA!

Screen Shot 2017-12-18 at 5.22.54 AM

Tapi, waktu berlalu… Bagaimana penjualan boneka online saya? Masih berjalan. Ternyata dalam 30 bulan, POST saya bertambah sejumlah 5.728 post. Orang statistik biasanya suka merata-rata. Setara dengan 191 post sebulan. So, TIPS saya adalah:

  1. KONSISTEN POSTING
  2. PELAJARI SELERA CUSTOMER
  3. NGGAK USAH BELI FOLLOWER
  4. FITUR FOLLOW HASHTAG
  5. TESTIMONIAL
  6. PERBAIKI KUALITAS FOTO

Konsisten Posting

Update post harian. Formulanya gimana? Pelajari customer kamu. Review postinganmu. Pelajari, foto yang seperti apa yang dapat like paling banyak. Kenali kunci-kuncinya.

Pelajari Selera Customer

Ada online shop yang produknya fokus. Nggak banyak varian. Tapi sedan tren, jadi penjualannya bagus. Jadi, kadang nggak perlu banyak-banyak varian produknya. No worry!

Nggak Usah Beli Follower

Banyak orang nggak PEDE dengan follower sedikit. Takut nggak laku. Tapi apakah beli follower otomatis bikin penjualan bagus? Belum tentu. Untuk kamu yang nggak tau, bagaimana sistem follower bertambah dengan INSTAN (yang dijual penjual FOLLOWER), mendingan pakai cara berikut:

Testimonial

Bikin customer-customer awalmu senang, dan dapatkan testimoni di chat sebagai MODAL iklanmu. Post testimonial untuk dapat kepercayaan pembelian customer berikutnya.

Fitur Follow Hashtag

Belum ada 2 minggu ini, saya perhatikan, hashtag bisa difollow. COOL! Ini adalah advantage buat saya yang sudah pakai hashtag untuk pengkategorian produk saya.

Screen Shot 2017-12-18 at 5.44.20 AM.png

Perbaiki Kualitas Foto

Perbaikan kualitas foto kadang nggak perlu fotografer, nggak perlu HP baru yang kameranya mahal, nggak perlu ribet! Kata FOTO sendiri sudah mewakili kunci kesuksesannya. Cahaya.

Foto produkmu di tempat yang banyak cahaya. Kalau bisa jangan di ruangan yang lampunya minim, jangan di ruangan yang lampunya terlalu kuning. Pakai cahaya matahari, atau ruangan terang dengan warna lampu putih. Supaya sesi foto efisien dan menyenangkan, minta tolong sama asisten/karyawan/partner untuk menata produk, mencari spot foto, mencari inspirasi foto. Jangan sendiri, jika ada teman.

Pakai bokeh untuk bikin efek foto lebih mahal. Sesimpel itu kok.

Semoga postingan di penghujung 2017 ini berguna buat kalian. Semoga saya bisa share ilmu lagi, next time. See you on the next level!

Tips Berjualan di Instagram (Tanpa Paid Keroyokan)

Standar

Post terakhir saya mengenai online shop saya di Instagram adalah pada Januari 2014 yang lalu. Sekarang sudah berlalu 15 bulan sejak saat itu.

Capture Instagram MJ Toys 2015.04.29

Berikut adalah tips Cara menggaet follower tanpa menjadi spammer dan beriklan di olshop lain:

Saya agak terganggu dengan online shop (olshop) yang sering memajang iklan dari olshop lain, apalagi jika iklannya terlalu banyak. Saya juga risih melihat iklan berupa comment di laman Instagram milik public figure. Oleh karena itu, saya tidak mau menggunakan 2 cara tersebut. Maka, cara saya mendapatkan follower adalah dengan:

1. Upload foto sesering mungkin

Dengan rajin mengupload foto, walaupun produknya sama, tapi fotonya bervariasi, akan membuat olshop Anda eksis pada hashtag tertentu. Hal ini merupakan sinyal bahwa olshop Anda eksis, dan nampak bisa dipercaya.

2. Repost foto lama

Saya tipe yang tidak suka mendelete foto dari Instagram. Karena walupun produknya sudah sold, produk tersebut sangat mungkin masih dicari orang. Siapa tahu produk itu bisa Anda usahakan untuk diadakan kembali (restock). Jika foto Anda sudah ribuan, pelanggan Anda yang kemungkinan tidak akan scroll semua foto Anda. Maka, repost-lah foto produk lama Anda.

3. Gunakan hashtag yang kira-kira potensial

Anda bisa melakukan riset kecil. Hashtag apa yang sering digunakan pembeli online ketika mencari jenis produk yang Anda jual. Anda juga bisa melihat berapa banyak hashtag serupa (misal: #jualboneka atau #jualbantal) yang digunakan oleh olshop lain.

4. Tinggalkan comment yang wajar di foto target potensial

Saya suka menggunakan teknik ini. Mencari foto baby misalnya, lalu meninggalkan comment yang relevan dengan foto tersebut. Atau sekedar memberikan ‘love’ pada foto tersebut. Menurut saya, comment dan ‘love’ yang Anda tinggalkan akan lebih terlihat jika foto itu belum memiliki banyak ‘lovers’ dan pemberi comment.

5. Upload testimonial dari pelanggan

Untuk mendapatkan kepercayaan, upload testimonial asli dari pelanggan Anda. Seringkali pelanggan yang benar-benar puas (dan sering berbelanja online atau bahkan memiliki olshop) akan memberikan testimonial yang manis dan jujur pada Anda. Capture dan beri mark bahwa itu adalah testimonial olshop Anda. Bagi saya, foto produk boleh dicuri (foto tanpa watermark berguna untuk memudahkan Anda dan reseller Anda), tapi foto testimonial, jangan sampai deh, ya.

Selamat mencoba, guys. Good luck!! Senang bisa berbagi sedikit pengalaman saya pada Anda.

3 Kesulitan Utama Membuat Online Shop

Standar

Menjalankan online shop. Terdengar mudah? Bagi saya pribadi, tidak mudah. Saya menginginkannya sejak saya pertama kali menjalankan toys store di Maret 2012. Kapan mulai berhasil menjual dengan rutin? Oktober 2013.

Apa sulitnya merealisasikan online shop?

1. Sibuk melakukan pekerjaan rutin

Pada tahapan merintis bisnis kecil, banyak hal saya tangani sendiri. Semua pekerjaan saya pernah lakukan di toy store kecuali bersih-bersih (mainan, display dan lantai). Mulai dari pemilihan produk baru u/ dijual, pemesan barang kontinyu, pengkodean produk, penentuan harga produk, pelabelan harga, penjualan, pengadaan alat kerja (ATK, display, lampu, software, dll), akuntansi, reporting, subordinate controlling, dan HRM (human resource management). Semua hal kecil itu nampak sepele, tapi tidak bisa saya sepelekan. Penyepelean dapat menyebabkan bisnis mengalami kegagalan.

Ada saat saya begitu rutinnya mengerjakan pekerjaan-pekerjaan tersebut hingga saya tidak menyempatkan untuk memulai mendokumentasikan produk dalam bentuk foto untuk dipajang di online shop. Hingga suatu saat saya mendapat permintaan oleh seseorang untuk menjadi reseller (dropship) hingga saya terpaksa untuk melakukannya dan mendelegasikan & menunda beberapa tugas rutin saya.

2. Pelanggan offline store tidak mengakses akun media sosial

Saya sudah memasang akun Facebook dan Twitter dari toy store saya sejak Oktober 2012 di neon box depan outlet. Pemajangan yang demikian memaksa saya untuk meng-update isi dari kedua akun media sosial tersebut dengan foto-foto produk baru. Awalnya saya unggah foto-foto hanya di Facebook, berbulan-bulan tidak ada pembeli (yang signifikan). Setelah ada akun Twitter, saya lalu mengunggah dari Twitter dan di-link dengan akun Facebook. Tetap tidak ada pembeli (yang signifikan). Semakin lama, usaha nampak sia-sia, saya jadi agak kurang bersemangat meng-update kedua media sosial tersebut.

3. Memilih media sosial yang kurang cocok

Saya tidak menggunakan istilah “media sosial yang salah” karena ada kemungkinan media sosial itu cocok bagi satu orang, dan kurang cocok dengan orang yang lain. Hanya masalah efektivitas yang berbeda pada tiap orang. Pendeknya, setelah Facebook dan Twitter tidak berhasil, saya berusaha melongok Kaskus dan Berniaga.com. Kisah saya dan Kaskus berjalan sangat pendek. Saya bahkan tidak berhasil memahami bagaimana posting di Kaskus. Di Berniaga.com saya menemukan bahwa produk di sana mahal-mahal dan saya ragukan berapa banyak yang akses.

Di kemudian hari, saya melihat fenomena online shop di Instagram yang sering sekali spamming di foto selebritis. Reseller saya berhasil menjualnya di sana, maka saya mengikuti. Saya mulai memajang katalog di Instagram. Akhirnya perlahan-lahan online buyer mulai meramaikan online shop saya.

Tips berjualan di Instagram oleh Aurelia Claresta:

Di Instagram banyak sekali foto indah, maka foto katalog barang pun harus terlihat simpel, clean, dan berkualitas baik.

Selain itu, jangan pernah spamming jika Anda sendiri tidak suka spammer. Cari perhatian calon pembeli bisa dengan membuat hashtag yang populer di kalangan online shopper, me-like foto, maupun menaruh comment yang relevan dengan foto tersebut.

Bisa juga dengan menggunggah foto2 produk yang diperagakan model sehingga berkesan pro.

Mengunggah foto testimoni dari pelanggan yang membuktikan Anda benar-benar trusted seller yang menjadi isu besar bagi para online shop. (Walaupun sesungguhnya saya kurang suka mengunggahnya karena mengganggu keindahan postingan foto)

Selamat mencoba 🙂

NB: akun toy store saya @storeMJtoys… mostly produknya adalah boneka dan bantal (karena produk itu yang cenderung aman dari kerusakan pengiriman karena tidak ada resiko pecah)

Gambar

Yang Alami Seringkali Kurang Menjual

Standar

Saya sedang merancang business plan baru. Saya excited banget karena bisnis baru ini rencananya akan saya modali sendiri. Daaan, saya mau tumpahkan idealisme saya di situ. Ini bisnis punya visi dan misi sosial sebagai fondasinya. Wuaah, keren nggak tuh. Mikirinnya aja udah bangga.

Courtesy: cce.clark.edu

Jadi, akhir-akhir ini kerjaan saya mikir nggak henti-henti. Mikirin bisnis ini butuh apa investasi berapa, desainnya gimana, alat produksinya apa aja, produknya apa aja, hingga sampai juga di bagian “proyeksi penjualannya gimana nih?”.

Ketika saya membuat proyeksi penjualan menggunakan data penjualan real dari bisnis yang mirip-mirip (dan saya sangka sudah cukup rame/sukses), saya menemukan KENYATAAN bahwa penjualan normal itu hanya menghasilkan 20-40% dari MINIMAL SALES yang saya inginkan. Nah lho… 60-80% sales-nya harus dikejar dengan cara apa nih?

Mulai deh saya mikir untuk bikin rencana promosi, menambah produk yang ditawarkan, mencari target market tambahan, dll.

Biasa deh, kalau udah mikir, mikir, dan mikir (baca: kepentok masalah), yang muncul di kepala malah filosofi hidup.

Kalau mau yang alami, memang hasilnya nggak akan WOW. Analoginya seperti Kim Kardashian. Kalau nggak pakai make-up, treatment kecantikan, pakaian mewah, Kim Kardashian nggak akan se-dasyat yang kita kenal.

Balik ke konteks bisnis, butuh usaha lebih supaya penjualan itu bisa BOMBASTIS (hehe, lebay). Upaya nomor satu, iklan.

Courtesy: celebritiessb.blogspot.com

Courtesy: yeeeah.com

Saya orang yang suka mengamati iklan. Wah, iklan yang ini bagus, iklan yang itu nggak masuk akal, iklan yang itu norak, dsb. Saya punya bakat untuk mengkritik, melihat hal jelek dari sesuatu. Hahaha.

Nah, sekarang saya nih yang kepentok harus bikin iklan. Hahaha, kena deh gue. Untuk itu saya mau beriklan ala Jokowi, iklannya ga ditampilkan, tapi produknya sendiri sudah menonjol, servisnya sendiri sudah menjual. Iklan yang saya butuhkan mungkin cuma publisitas, bukan public relation. Nah, kan… Udah saya bilang, ini proyek idealis. Hehehe.

Mitos dalam Pertumbuhan Bisnis

Standar

Menurut Edward D Hess dari University of Virginia, Darden School of Business, ada 3 mitos tentang pertumbuhan bisnis.

1. Semua pertumbuhan bisnis pasti baik

2. Lebih besar pasti selalu lebih baik

3. Bisnis harus bertumbuh atau mati

Mengapa demikian? Hess mengatakan bahwa tidak ada satu pun penelitian ilmiah di jurusan mana pun yang mendukung mitos-mitos tersebut. Pertumbuhan bisnis bisa jadi baik, namun bisa juga menjadi hal yang buruk. Pertumbuhan yang pesat tanpa didukung oleh persiapan dapat membuat kewalahan orangnya, prosesnya, dan juga fungsi kontrolnya.

growth

Photo courtesy: www.vitbergllc.com

Menurut Hess, istilah “bertumbuh atau mati” (grow or die) lebih tepat jika diganti menjadi “menjadi lebih baik atau mati” (improve or die). Perusahaan tidak selalu harus bertumbuh karena pertumbuhan bisnis juga memiliki konsekuensi. Resiko yang dihadapi antara lain quality control tertekan, kondisi finansial tertekan, mengurangi value yang didapat oleh pelanggan, menghilangkan/mengubah kultur perusahaan, dan meletakkan bisnis pada kompetisi yang berbeda.

Bisnis yang lebih besar memiliki resiko yang lebih besar. Salah satunya adalah kerumitannya menjadi bertambah, birokrasinya lebih banyak. Hal yang lebih mengerikan adalah bertemu dengan kompetitor (besar) yang baru dan kompetitif. Maka, bisnis yang lebih besar tidak selalu lebih baik.

Edward D Hess

Photo courtesy: http://www.edhltd.com

Pertumbuhan bisnis juga tidak selalu mendatangkan keuntungan. Ketika bertumbuh, bisnis memerlukan uang. Perhitungan yang salah dari seberapa besar uang yang keluar akan mendatangkan uang masuk, bisa membuat bisnis dalam bahaya. Ada kutipan yang tidak kalah penting dari Hess.

I have never, ever had a projection or worked with a projection that a company ever met. Everyone always overestimates how fast and how much money is going to come in

Oleh sebab itu pertumbuhan bisnis perlu direncanakan, dilihat pro dan kontranya, perlu juga ditangani dengan baik sehingga hasil akhirnya pun baik.

Bisnis yang Tidak Feasible di Jogja (bagian 2)

Standar

Hari ini saya tepati janji saya untuk melanjutkan rangkaian tulisan tentang bisnis yang tidak feasible di Jogja. Semoga bermanfaat.

2. Warnet 

Jogja adalah kota pelajar hingga kini. Jumlah perguruan tinggi di sini ribuan. Jumlah sekolahnya pun banyak sekali. Wirausahawan pemula yang  muda (apalagi jika suka bermain game online) mungkin akan membuka warnet sebagai pilihan bisnisnya. Tapi menurut saya, warnet dengan jumlah komputer kurang dari 20 buah adalah bisnis yang tidak feasible. Mengapa?

my warnet

Photo courtesy: http://elektronicakomputerzone.blogspot.com/

Alasan 1. Tarif umum untuk menggunakan jasa warnet di Jogja adalah Rp3.000 – 4.000 / jam. Tarif ini terlalu rendah untuk membiayai keberlangsungan bisnis yang kompetitif. Warnet yang diminati pasti yang koneksinya paling cepat, komputernya baru, dan ruangannya nyaman. Jika mau buka warnet 10 komputer, investasinya paling sedikit dibutuhkan Rp40 juta* sedangkan omsetnya (saya perkirakan) Rp100-200 ribu per hari (walaupun sudah buka 24 jam), nggak worth it.

* sumber penelitian ini (hal 11)

** berdasarkan wawancara, forum ini, dan penelitian ini (hal 14)

catatan: walaupun sumber adalah penelitian dari tahun 2003, namun kondisinya omset warnet2 tidak jauh berbeda dengan tahun 2013 ini.

Alasan 2. Jumlah target market pengguna warnet kian hari kian sedikit, karena kesejahteraan orang semakin baik karena perekonomian Indonesia yang baik sehingga semakin banyak orang memiliki koneksi internet di rumah, sekolah, kantor dan smartphone/tablet pribadi.

LIMUNY – Layanan Internet Mahasiswa UNY adalah salah satu ‘warnet’ yang terkenal cepat koneksinya

Photo courtesy: akun “airyto” pada forum.indowebster.com

Alasan 3. Adanya perang harga antar warnet (dan sudah terjadi) di Jogja sehingga merugikan semua warnet.

Warnet yang ditambah nilainya dengan menjadi Cafe internet pun tidak menjamin mendapatkan omset yang baik. Selama 7.5 tahun mengamati bisnis warnet di Jogja, saya sudah melihat warnet-warnet kecil tumbuh dan mati silih berganti, warnet yang cukup besar dan sukses di tahun 2006-2007 sekarang sepi dan berada di posisi yang sulit (Bumi Net), serta grup warnet bagus dan besar yang menawarkan franchise tumbang (grup Groovy Net, Bayo Net, & Rama Net). Ini sudah lebih dari cukup bagi saya untuk mengatakan bahwa bisnis warnet di Jogja persaingannya sudah jenuh dan target marketnya mengecil sehingga sudah tidak feasible lagi untuk dimasuki.

header bayonet

TAPI saya mengamati sebuah warnet yang masih eksis (walaupun mungkin dulu jauh lebih baik keadaan finansialnya) namanya SATRIA NET. Lokasinya ada di Babarsari, pertigaan dekat Unprok. Warnet ini okupansinya bisa diacungi jempol KARENA warnet ini memiliki koleksi software, film, lagu, komik, dan skripsi yang sangat banyak. Bisa terlihat mereka memiliki server sendiri untuk menyimpan data-data yang sangat banyak tersebut. Walaupun sifatnya ilegal, tapi itu yang menjadi nilai tambah dari warnet tersebut. Orang datang bukan (hanya) untuk internetan, tapi untuk copy file film/lagu/komik sehingga tidak perlu download sendiri.

(bersambung ke bisnis lain di post selanjutnya….)

Bisnis yang Tidak Feasible di Jogja

Standar

Saya punya beberapa orang teman yang doyan banget ngomongin soal ide bisnis. Saya juga punya lebih banyak lagi saudara, teman & kenalan yang ngakunya pengen punya bisnis kelak. Untuk kalian semua, saya mau nulis tentang bisnis di Jogja dan kecenderungan feasibility-nya.

Siapa sih nih yang nulis?

Mungkin ada yang nanya juga. Supaya pembaca agak percaya sama apa yang saya tulis, saya tuliskan dulu latar belakang saya sebagai penulis. Saya lulusan Cum Laude dari Manajemen UGM pada tahun 2010. Kerja sebagai consumer researcher & consultant di MNC asal Singapore di Jakarta selama 1.5 tahun. Saat ini berwirausaha & mengelola toko mainan di Jogja. Ibu saya wirausahawati di bidang kuliner, memiliki sebuah warung makan ayam bakar di dekat Ambarrukmo Plaza Jogja. Oom saya punya warung makan prasmanan & ayam bakar & akan merintis 1 warung makan baru (juga di Jogja). Jika dilihat kembali ke belakang, saya sudah mulai jualan sejak kelas 2 atau 3 SD, jualan keripik bawang & belalang (lucu banget kalau diinget2).

Singkat kata, nggak penting juga saya panjangin ceritanya latar belakang saya. Intinya saya sedikit tertarik untuk mengetahui dunia bisnis dan ini pendapat & analisa saya tentang feasibility bisnis (kecil & “kecil”) di Jogja.

1. Laundry

Sepupu saya ada yang jadi pengusaha laundry. Dari ceritanya, saya bisa bayangkan bisnis ini untungnya tipis & saingannya sangat banyak di Jogja. Tarif umum yang berlaku juga keterlaluan murahnya, Rp2.000/kg (bahkan saya pernah menemukan yang Rp1.900/kg). Dengan tarif Rp2.000/kg, untuk dapat omset Rp100.000 per hari, maka harus nyuci PLUS NYETRIKA 50 kg pakaian. Ini kerjaan berat,  tapi hasilnya minim.

bg_laundry_care

Jika “tidak untung”, MENGAPA PELAKU BISNIS LAUNDRY MASIH BANYAK?

Kemungkinan 1. karena bisnis ini hanya merupakan sampingan dari ibu rumah tangga yang rumahnya dekat dengan pemukiman dan kos-kosan. Jika tidak perlu membayar sewa tempat, bisa dikerjakan anggota keluarga sendiri, maka masih ada margin yang bisa jadi uang saku ibu rumah tangga ini.

Kemungkinan 2. karena ada pemilik kos yang melihat bahwa bisnis laundry dapat dengan mudah dilekatkan pada bisnis kos-kosan. Mbak pengurus kos bisa sekalian dikaryakan dan digaji dari hasil laundry.

Mandiri1Photo courtesy: http://sakajogja.blogspot.com

Kemungkinan 3. karena ada juga mahasiswa yang sudah mulai merintis berwirausaha dengan modal kecil. Laundry adalah salah satu bisnis dengan modal yang relatif kecil (modal mulai dari 10-15 juta) dan hanya butuh 1-2 tenaga kerja dan outlet yang kecil untuk menerima cucian (pencucian bisa dilakukan di tempat lain yang biaya sewanya rendah / bahkan “gratis”). Ada kemungkinan pelaku bisnis laundry ini adalah mahasiswa yang tidak membutuhkan pemasukan tetap/besar sehingga bisnis dengan return rendah seperti ini bisa hidup terus alih-alih ditutup karena kurang menghasilkan.

TAPI ada juga waralaba laundry yang berhasil survive tuh. Ada Melia dan Simply Fresh yang sudah terkenal sampai kota-kota lain. Bahkan di Jogja juga ada laundry Aqualis yang mengambil target market yang premium dan berlokasi di jalan Laksda Adisucipto (jalan Solo) yg harga sewanya sudah pasti mahal. Jika bisa mengambil margin yang relatif baik, maka tak heran bisnis laundry juga bisa berkembang luas, apalagi jika diberlakukan sistem waralaba/franchise. Dengan sistem waralaba, maka pemilik modal yang tertarik berinvestasi akan membuat bisnis itu cepat berkembang atas satu brand.

MELIA-LAUNDRY-HARI-INI

Photo courtesy: http://www.majalahfranchise.com

Jika dilihat dari sumber ini, Simply Fresh memiliki 220 outlet per Oktober 2012. Disebutkan omsetnya mencapai Rp5M per bulan. Dengan hitungan kasar, omset mencapai Rp22,7 juta per bulan atauRp757.500 per hari. Bagaimana hayoo untuk mencapai omset segitu? Jika bisa mencapai omset itu, bisa dibilang Anda ‘sudah menyamai’ Simply Fresh (dalam hal perolehan omset, lainnya belum tentu).

Central_Office_Simply_Fresh_Laundry_Yogyakarta

Photo courtesy: http://id.wikipedia.org

Jika dilihat dari penawaran waralaba-nya, modal yang ditanamkan u/ waralaba Simply Fresh tidak lagi kecil, sudah masuk menengah (menurut saya). Minimal investasinya sebesar Rp109 juta. Angka ini masuk akal untuk sebuah waralaba karena kapasitas laundry-nya cenderung besar, namun resikonya juga lebih besar daripada mendirikan laundry kecil.

Saya adalah orang yang nggak percaya dengan waralaba bisnis (terlalu) kecil. Bisnis yang ukuran dan kapasitasnya (terlalu) kecil cenderung kurang sustainable dan marginnya juga “cenderung” kecil. Jika sistemnya adalah waralaba (yang notabene adalah bagi hasil antara franchisor/management dan pemilik modal), maka profit yang dibagi akan terlalu kecil juga.

(bersambung di post selanjutnya… saya akan bahas bisnis yang lain)

note: karena ubek-ubek websitenya Simply Fresh, jadi tahu bahwa website ini kurang pengawasan. Bahasa Inggrisnya kacau banget, man! Malu ga sih, punya bisnis besar tapi perwakilannya nggak terlihat profesional 😐

Di Usia 24 Tahun

Standar

Gregetan juga nge-post tulisan yang kejadiannya nggak up-to-date. Ya, maksud saya yaa.. tulisan tentang perjalanan ke Kamboja itu. Apa boleh buat. Memang harus ditulis sebagai komitmen saya untuk menuliskan sejarah hidup saya sendiri. Ya, masa orang lain yang akan menuliskannya. Emangnya saya siapa? Hehe.

Kemarin adalah peringatan ulang tahun saya yang ke-24. Hanya ada beberapa orang yang mengucapkan selamat ulang tahun, dan itu nampaknya tanpa bantuan Facebook, sehingga jumlah ucapan yang diterima sangat ringkas (saya menyembunyikan tanggal ulang tahun saya dari siapapun di Facebook). Terus terang, saya senang dengan hal itu. 🙂 Why? Karena yang mengucapkan adalah orang-orang tertentu saja, yang dengan caranya sendiri, entah reminder dari mana, mencatat tanggal kelahiran saya. Terima kasih yaa… *tersipu-sipu*.

Hanya ada 2 orang yang menanyakan 1 hal paling wajib dalam hari ulang tahun. Pertanyaannya adalah “Apa harapanmu?”

Jawabanku adalah, aku ingin memiliki Social Business. Entah cepat entah lambat. Itu yang saya pikirkan tentang hidup saya ke depannya. Saya tidak dapat memikirkan hal lain yang lebih baik dan melegakan daripada bekerja untuk tujuan sosial dalam hidup saya.

Untuk itu saya  sedang membaca bukunya Muhammad Yunus yang berjudul Building Social Business. Semoga bisa cepet selesai, jangan sampai terlantar bertahun-tahun seperti sebagian buku-buku lainnya.

Saya tidak meniup lilin ulang tahun kemarin. Tapi saya rasa, harapan ini terdengar oleh jiwa saya, oleh alam, oleh Tuhan… Semoga bisa terwujud. Karena inilah tujuan hidup saya, seperti doa setiap orang tua untuk anaknya: berguna bagi nusa dan bangsa.