Monthly Archives: Maret 2021

Tips Tarik Saldo BukaDompet di bawah 25 ribu ke rekening BCA

Standar

Aku mau share pengalaman aku manarik saldo di bawah Rp25.000,00 (dua puluh lima ribu rupiah) di BukaLapak.

Nah, 18 Maret 2021 yang lalu aku ada menjual produk dengan nilai pas Rp25.000. Ketika ada potongan Super Seller, maka saldonya jadi di bawah dua puluh lima ribu rupiah. Padahal saldo BukaDompet harus berjumlah minimal Rp25.000 untuk bisa dicairkan ke rekening bank.

Nah, untungnya aku udah punya akun DANA, walaupun belom pernah di-sync / dihubungkan ke akun Bukalapakku. Maka langkah pertama aku hubungkan dulu akun DANA ke Bukalapak. Setelah itu aku bisa melakukan pencairan saldo dari BukaDompet ke DANA.

Untuk pencairan BukaDompet ke DANA, limitnya Rp10.000. Nah, akhirnya aku pindahkan dulu saldo BukaDompet ke DANA.

Selanjutnya dari DANA aku bisa pakai tambahan saldo itu untuk dimasukkan ke rekening bank apa aja tanpa biaya administrasi.

Oh ya, untuk jeda waktu pencairan dari BukaDompet ke DANA, realtime ya. Transfer jam 04:11, sampai di DANA juga jam 04:11. Tidak ada waktu tunggunya. Semoga tipsnya berguna, ya!

Makan di Malang #1 – Nasi Bhuk Kawi / Warung Sholawat Hj Saudah

Standar

Ini tahun 2021, zamannya orang ngasih review makanan itu di TikTok. Tapi aku baru aja bongkar-bongkar rekomendasi makanan yang pernah aku tulis di blog ini. Banyak banget review yang udah obsolete tapi justru jadi kenangan banget, dan aku pengen nerusin nulis review makanan di sini. Kalau cuma ditaruh di gallery HP, memorynya kurang komplit. Oke, aku mulai dengan pengalaman kuliner terakhir di Malang, 14 Maret 2021 kemarin.

Photo Courtesy: Aurelia Claresta Utomo

Aku ke sini bersama dengan tim Felix. Kami baru turun dari Batu, dan akan menuju ke stasiun Malang. Karena pagi belum sempat sarapan di Batu, kami diajak oleh Pak Gatot (karyawannya Oma In – kliennya Felix) makan di Nasi Bhuk Jl Kawi ini. Rekomendasi oleh keluarga Ko Didi Tjwan Bo.

Ini adalah menu yang aku pilih untuk makan brunch. Paginya aku udah sempet makan buah semangka di restoran hotel Seulawah Grand View. Teutama setelah kasus usus buntu kemarin, aku jadi perhatian terhadap asupan makananku. Harus cukup serat. Jadi, aku pasti akan minta buah sebagai sarapan kalau nginap di hotel.

Photo Courtesy: Aurelia Claresta Utomo

Nasi bhuk khas Madura adalah nasi campur dengan pilihan sayur nangka atau rebung.

Sisanya kita bisa pilih lauk yang kita suka seperti di kafetaria / warung nasi prasmanan. Aku pilih sate daging sapi dan bakwan jagung. Tiap piring akan dilengkapi dengan serundeng toge dan sambal. Jujur, aku suka bakwan jagungnya tapi kurang sreg sama satenya. Bukannya nggak enak, tapi agak kemanisan aja. Jadinya kurang pas di lidahku.

Photo Courtesy: Aurelia Claresta Utomo

Makanan di sini relatif enak-enak. Teman-temanku ada yang memesan ayam goreng, telur dadar udang (udangnya gede), jeroan, empal, dll. Bahkan Pak Gatot yang sudah sarapan pun, makan lagi di sini. Semua suka dan bilang enak. Tentang harga, aku nggak tau karena dibayarin, kan.

Review di internet bilang di sini mahal. Ya menurutku, kalau rasa sudah enak, penjual berhak kasih harga yang sedikit lebih tinggi. Nanti target marketnya ya wisatawan, bukan orang Malang asli. Nasi bhuk ini fast food yang praktis untuk bawa rombongan / keluarga. Semua orang bisa pilih lauk sesuai selera masing-masing.

Photo Courtesy: Aurelia Claresta Utomo

Oh iya, di etalase aku sempat nemu tempe yang bentuknya berbeda. Ada tempe biasa yang persegi, ada juga yang diremes. Aku baru tau menu yang namanya tempe mendol. Aku udah liat menu ini sebelumnya di Rawon Jami’ah Putra kalau nggak salah. Aku sampe fotoin kali ini karena penasaran, ini tempe remes apaan sih. Setelah dikasih tau namanya sama mas yang jual nasi bhuk, aku baru browsing. Mendol adalah olahan tempe rebus yang dimasak dengan berbagai bumbu seperti bawang putih, cabe merah keriting, kencur, ketumbar, daun jeruk, gula dan garam lalu digoreng.

Photo Courtesy: Aurelia Claresta Utomo

Oh ya, karena ini masih dalam situasi pandemi Covid-19, tempat ini menyediakan wastafel cuci tangan yang pakai sistem injak (pakai kaki) untuk mengalirkan airnya. Dan karena situasi seperti ini, ketika kami datang, cuma ada 1 meja yang terisi, dan itu membuat kami lebih leluasa untuk makan dengan social distancing.

Kalau next time ada event di Malang lagi, pasti akan kembali nyari nasi bhuk, karena cocok di lidah semua orang dan karena cepat saji, waktu tunggunya pun sebentar. Sangat praktis untuk aku yang bakal bawa rombongan. Semoga review sederhananya berguna, ya. Fotonya pun seadanya nih, nggak pakai mirrorless. Semoga tetap informatif. Sampai jumpa di review makanan selanjutnya.

Note: Foto diambil dengan kamera smartphone Asus Max Pro M1.

Beauty is Pain

Standar

Malam-malam… aku dengerin video Youtube Valerie Thomas dan Denny Sumargo. Sesekali aku scrolling Instagram. Aku nemuin satu postingan muka mbak-mbak Indonesia sendang perawatan di klinik kecantikan dengan berlumur darah (nampaknya perawatan Platelet Rich Plasma) dengan caption Beauty is Pain.

Seketika aku terusik. Ah, masa Beauty is Pain? Yakin? Bukannya Beauty is Painful? Serta merta aku ketikkan di pencarian Google Translate, Beauty is Pain. Terjemahannya di bahasa Indonesia, cantik itu sakit. Hmmm…

Beauty is a noun. Pain is also a noun (and a verb). Cantik adalah adjektiva (kata sifat). Sakit pun adalah adjektiva.

Walaupun aku merasa bentukan katanya aneh, tapi istilah beauty is pain benar-benar ada. Setidaknya ada lagu Beauty is Pain yang dinyanyikan Alessia Cara.

I do believe following beauty standard need a lot of efforts.

Aurelia Claresta Utomo

Aku nonton Bridgerton di Netflix dan aku semakin paham. Yes! kecantikan butuh banyak pengorbanan. Melawan kegemukan butuh usaha, waktu, niat dan pegelnya olah raga. Melawan jerawat dan keriput butuh perawatan dan proteksi dan upaya-upaya yang tidak bisa dibilang alami. Untuk tampil menawan harus memperhatikan tata busana dan tata rambut. Dan harus ada pengorbanan ketika busana dan rambut kita ditata, wajah kita dirias demi sebuah estetika.

Eh, by the way… ketika tulisan ini mulai kutulis, ternyata bukan lagi malam. Ternyata udah pagi. Udah jam 4:54 pagi. Jam tidurku masih kebalik gara-gara tour ke Malang kemarin Sabtu dan Minggu.

Anyway selamat hari Rabu! Jangan lupa merawat tubuh kalian. Karena dengan merawat tubuh, itu adalah penghargaan terhadap diri sendiri. Kamu yang bisa memastikan dirimu terawat dan bahagia. Bukan orang lain. Be kind to yourself. Body and soul… *lalu mengalun lagu To The Bone milik Pamungkas yang lagi trending karena dinyanyikan dengan soulful oleh Hana Wilianto di TikTok.

Nggak Akan aku Lawan

Standar

Di artikel sebelumnya aku pernah menulis tentang Duel yang Tak Bisa Dimenangkan? Nah, ini adalah contoh lawan duel challenge di game home decor Redecor yang nggak mau aku lawan.

Duel ini sangat sulit untuk dimenangkan, karena desain lawan sudah sangat manis, warnanya balance, paduannya serasi, bahannya pun bukan bahan yang sembarangan. Mosaic tiles-nya itu harus di-unlock terlebih dahulu. Hanya pemain dengan jam terbang tinggi yang bisa melakukannya.

Tipe lawan duel seperti ini nggak usah dilawan. Tujuan kita melakukan duel sebenarnya kan hanya 2, yaitu meningkatkan winning rate, dan dapat koin serta uang. Jika harga materialnya mahal dan belom di-unlock (butuh coin untuk unlock) lebih baik skip saja. Masih banyak duel yang bisa dimenangkan. Selamat belajar dan memenangkan game Redecor!