Tag Archives: Menulis

Sulitnya Menemukan Ide Tulisan

Standar

Dalam tulisan ini saya ingin menulis tentang MENULIS. Bukan kegiatan menorehkan grafit/tinta ke kertas, namun kegiatan merangkai sebuah ide menjadi sebuah TULISAN.

blank writer

Photo Courtesy: fateddesires.com

Sejak SD saya menyadari bahwa saya cukup bisa menulis. Seperti biasa, kepercayaan diri muncul karena melihat banyak orang yang berusaha dan kesulitan dan saya cukup bisa menyelesaikannya tanpa terlalu kesulitan. Anggaplah saya berbakat.

(Catatan: kata berbakat saya pakai bukan untuk menyombongkan diri, tapi justru menunjukkan saya tidak berusaha keras untuk memilikinya tapi mendapatkannya dengan cuma-cuma. Gratisan. Apanya yang dibanggakan? Sama seperti kaya karena warisan. Apanya yang dibanggakan? Hanya bisa disyukuri tapi tidak dibanggakan.)

Apakah saya pernah mengalami keadaan yang sama dengan sebagian orang yang kebingungan di kelas bahasa? Pernahkah saya merasa BLANK atau tidak-tahu-harus-menulis-apa? Pernah. Tentu saja pernah.

Bahkan persis sebelum menulis artikel ini, ketika melihat space kosong yang tersedia di WordPress, saya merasa BLANK. Apa yang harus saya tulis?

Mengapa kita bisa mengalami BLANK? Menurut saya karena Tidak Memiliki Opini/Ide untuk Disampaikan

Mengapa orang bisa tidak-memiliki-opini/ide untuk ditulis?

1. Dengan tidak adanya ide yang masuk, kemungkinan ide yang keluar pun (sangat) sedikit. Hal ini normal.

Saran: berbicara dengan orang baru tentang hal baru, membaca/mendengarkan/menonton siaran apapun yang bersifat informatif. Melihat-lihat hal yang baru (misalnya dalam liburan/travelling) juga sangat berguna.

Pengalaman saya: saya suka membaca majalah Bobo sejak kelas 1 SD. Ketika membaca cerita, saya kemudian terbiasa dengan bagaimana sebuah kisah dituturkan. Jika sering terpapar pada bacaan, maka menulis pun bisa menjadi lebih mudah.

2. Kurangnya rasa penasaran. Ada orang yang secara natural maupun kultural memiliki rasa penasaran yang rendah.

Saran: Ketika ada sesuatu yang baru dan tidak Anda pahami, simpanlah dalam memori Anda bahwa suatu saat Anda perlu mengetahui hal itu, dan perlu mencari tahu tentang itu.

Pengalaman saya: ketika menemui pertanyaan MENGAPA dalam hidup sehari-hari, saya sering berusaha menjawabnya di saat-saat teringat akan pertanyaan tersebut, terutama di ketenangan.

3. Tidak terbiasa mengembangkan ide dari hal sederhana. Dalam rutinitas yang tidak menginspirasi dan kekurangan inovasi, memang sulit mendapatkan ide. Namun orang yang peka bisa menangkap hal menarik dalam keseharian yang sederhana dan dijadikan bahan tulisan.

Saran: hal-hal di sekitar kita memang nampak biasa karena sudah setiap hari dilihat mata. Dalam jurnalistik ada pertanyaan 5W1H (what, when, where, who, why, how) atau (apa, kapan, di mana, siapa, bagaimana, dan mengapa) yang bisa membantu mengembangkan tulisan. Pertanyakan aspek-aspek dari suatu hal, pembahasannya bisa panjang juga, kok.

Menurut saya demikian. Bagaimana menurut Anda?

Rindu Menulis

Standar

Udah lama banget nggak nulis. Rasanya? Kangen banget. Dampaknya nggak nulis apa? Kehilangan sebagian dari jati diri. Hahaha.. Lebay? Tapi itulah yang saya rasakan.

Saya mungkin bisa dibilang terbiasa untuk menulis sejak kecil. Sewaktu SMP, saya menulis buku harian saya hampir setiap hari. Saya menulis surat dengan teman kecil saya @Cahyawidi_S setiap 2 minggu sekali (Ingat, zaman itu pos itu waktu sampainya seminggu). Menulis adalah kebutuhan jiwa saya. Saya membutuhkannya.

Tapi mengapa saya bisa hidup juga tanpa menulis? Ya, bisa, tapi rasanya ada penyesalan karena tidak menulis, dan rasanya ada yang ngganjel. Hal-hal simpel masih bisa saya tuliskan melalui akun Twitter saya @aureliaclaresta, tapi saya berharap saya bisa aktif menulis lagi di blog ini.

Menulis itu memungkinkan saya untuk nostalgia. Catatan itu harta bagi saya. Apalagi catatan tentang hidup saya sendiri. Pun, sejujurnya, menulis lebih mudah daripada berbicara (speech) buat saya. Ini alami.

Satu lagi yang saya rindukan adalah kemampuan alamiah saya untuk berpuisi. Saya ingat sekali, sekali waktu saya pernah harus berjalan ke luar rumah di malam hari. Saya melihat bulan begitu indah. Puisi meluncur begitu saja dari dalam batin saya. Saya tidak memaksanya ada, ia keluar begitu saja. Ia tercipta dengan sendirinya. Kadang-kadang saya merasakan itu adalah hal yang magis.

Ya.. mungkin ada sedikit darah seni dalam diri saya. Saya suka melihat lukisan, saya suka melihat karya berupa gaun2 karya designer yang luar biasa indah, saya suka tata ruang, saya suka menyimpan foto-foto potongan rambut yang bagus-bagus. Ah… aku anak seni… sedikit… 🙂

Dosa Seorang Blogger

Standar

Dosa besar seorang blogger itu adalah meninggalkan blog-nya, nggak diurusin, nggak ditulisin. Dosanya kira-kira sama seperti si bang Thoyib yang bikin istrinya nyanyi mellow seantero negri.

Di libur lebaran ini, saya sudah bikin janji sama partner untuk mengisi libur dengan menulis. Apa yang terjadi? Saya lupa bawa netbook. Alhasil saya nggak jadi nulis. Saya membaca doang. Buku yang dibaca adalah bukunya Trinity, The Naked Traveller 2 (hasil minjem dari library kantor). Buku lain yang ingin segera diselesaikan adalah bukunya Erditya Arfah, mantan temen kantornya partner. Judul bukunya adalah Merah Putih di Benua Biru, terbitan Bukune.

Yak, sekarang lagi mikir mau nulis apa ya? Loh, kok bisa nulis, katanya netbook ketinggalan? Iya bisa dooong. Curi pakai saat partner lagi ke toilet. Hehehe.