Saya baru saja pulang dari liburan singkat ke pantai-pantai Gunung Kidul. Pertama kali diajak ke sana (Pantai Sadranan) sama temen-temen Manajemen UGM 2005 waktu libur Waisak 28 Mei 2010 kemarin. Selanjutnya, jadi ‘ngebet’ nawarin keluarga untuk liburan ke sana.
bukit ber-villa di pantai Sadranan
Seneng banget ketika liat pantai berpasir kuning di Jogja…. Seperti melihat surga (perasaan di 30 detik pertama). Apalagi pantai yang saya kunjungi pertama kali tsb adalah pantai yang masih alami (virgin) alias tidak ada pedagang dan terlalu banyak orang di sana. Kenapa saya lebay begitu? Karena selama ini di Jogja ngeliatnya cuma pantai Parangtritis dan pantai Depok. Pasir abu-abu tua menuju hitam, banyak andong dan kotoran kuda, pantai kurang bersih karena pendatang ninggalin sampah, pantainya banyak pengunjungnya (rame), pedagang banyak, pantai curam, ombak besar (sehingga nggak berani main air).
Adik saya yang kecil baru lulus SD, dan hari Selasa (15/6) Â ini dia libur. Maka, kemarin kami merencanakan berangkat ke pantai Sadranan. Walaupun saya tidak tahu jalan, namun karena PD yg tinggi, saya yakin aja bakal nemu dengan modal nanya-nanya dan sedikit ingatan akan jalan ke sana (sebelumnya baru 1 kali ke Sadranan, dan 1 kali kondangan di Tepus).
Kami ber-4 berangkat agak terlambat dari rencana karena packing-nya dilakukan sebelum berangkat. Harusnya mau berangkat (ket: rumah kami di daerah Maguwoharjo, Depok, Sleman) Â jam 13.30 karena jam 15.30 adalah waktu yang pas untuk sampai di sana (matahari sudah tidak terlalu terik). Kami berangkat pukul 14.15 dan masih mampir di Mister Burger untuk kepentingan perut dan mulut. Berbekal keterangan dari pak Zulkarnain, pemilik guest house yang akan kami incar, saya berpedoman pada nama pantai Sundak yang lebih terkenal dari pantai Sadranan. Kalau ketemu plang petunjuk jalan, intinya ambil yang ke Sundak.
Setelah memilih jalan yang ke arah Sundak (kiri) dan bukan ke arah Baron (lurus), saya merasa, ini adalah jalan yang belum pernah saya lewati. Waktu ke Sadranan sebelumnya, nampaknya bukan lewat jalan yang ini. Walau agak-agak cemas, saya hanya mencoba memperbaiki keadaan dengan agak ngebut supaya nggak kesorean ketika sampai di pantai. Singkat cerita, pantai Sadranan akhirnya ketemu dengan patokan villa di atas bukit yang sempat saya incar untuk diinapi, namun hasil browsing di internet mengatakan harga semalam di villa tersebut adalah 4 juta rupiah. Ih waaww.
Horeee… akhirnya pantai Sadranannya ketemu juga. Mantap! Memang benar, pantai Sadranan terletak sekitar 500 meter di barat Sundak. Kami sampai di sana sekitar pukul 16.30.
tanaman di villa bukit pantai Sadranan
Agak kecewa sedikit karena langit agak berawan, kurang bersih (kurang biru) dan air laut sedang surut. Karang-karang yang ditumbuhi rumput laut jadi kelihatan. Main air jadi agak susah. Tapi pasir pantai di sana tetep sipp… Kuning, bersih, dan (syukurlah) masih tetap belum ada pedagang. Adik-adik langsung bermain berdua, saya ‘ngebet’ pengen ke villa di atas bukit karang. Mama juga setuju untuk naik ke sana. Singkatnya kami sampai di atas dan ternyata pemandangan dari atas kurang oke karena pemandangan pantai Krakal yang agak rame orang dan udah ada bangunannya. Tidak seindah yang dibayangkan. Villa-nya juga seolah nggak ada yang jagain (at least semacam receptionist gitu). Tapi tanaman di sana terlihat sangat terawat. Ada 2 pondokan dan 1 buah ruang berdinding kaca yang mirip restoran/meeting room. Semuanya terkunci, dan entah di mana pelayannya.
kamar di guest house Kampoeng Baron
Kami cabut dari Sadranan sekitar pukul 18.00 dan mencari guest house Kampoeng Baron. Sempat salah jalan, tapi akhirnya nemu juga. Tidak jauh dari gerbang retribusi kawasan wisara Baron (di mana saya mendapatkan selebaran waktu pergi ke Sadranan sebelumnya). Kami ambil kamar AC double bed dengan 1 buah extra bed. Tempat ini adalah yang terbaik yang bisa kami temukan dan cocok untuk kami. Sebelumnya sempet depresi melihat harga villa yang 4 juta dan hotel-hotel melati yang harganya 20 ribu-an. Tempat ini recommended! Saran: datanglah ber-ramai-ramai bersama teman, karena saat malam tiba, di sana sepiiii banget. Pokoknya kudu ada tim rame-rame. Kalo cuma ber-2 bareng pasangan, ehm… ehm…. kayanya kurang rame. Hehehe
Pagi tadi, kami akhirnya memilih pantai Sepanjang. Ini juga pantai yang oke! Lagi-lagi karakteristiknya sama dengan pantai Sadranan, yaitu masih alami. Jalan masuk memang belum aspal (sama dengan Sadranan). Tidak ada lahan parkir, tidak ada kamar mandi bilas, tidak ada pedagang. Horeeee!!! Dan pagi ini cuma ada 1 orang duduk mancing di sana. Serasa pantai pribadi!!! Senang!!! Pasir di Sadranan memang lebih halus dan bagus, tapi pantai Sepanjang tak kalah bagusnya karena punya batu-batu karang di sisi timurnya. Kami main air dari jam 05:30-07:00. Itulah waktu terbaik bermain di pantai dan tidak gosong.
Pantai Sepanjang
Well well well…. i’m gonna say, those are my favourites in Gunung Kidul. say sorry to Krakal, Baron, and other beaches… I love virgin beaches.
Audris (my first brother) Â said that Tanjung Tinggi in Belitong is much better. But i just can say, these are the best beaches we can find in Jogja….. Love them!!!