Sebenarnya awalnya tulisan ini ingin saya beri judul “Miris”… sebagai lelucon saja untuk seorang teman yang sudah dua kali merilis tulisannya dengan judul tersebut.
Tanggal 24 Maret 2009 malam, saya secara tidak sengaja menemukan acara Discovery Channel khusus mengenai Korea Utara. Tertarik mengenai negara tersebut, saya pun menontonnya.
Hey… Korea Utara kan negara yang sudah saya tahu namanya sejak zaman purba SD. Bukan seperti Republik Abkhazia yang namanya sangat asing, atau Negara Eritrea yang letaknya entah di benua mana.
Korea Utara… Jelas saya tahu Korea Utara dan Selatan. Korea Selatan ibukotanya Seoul dan Korea Utara ibukotanya Pyongyang. Yang baru saya tahu setelah menonton acara tersebut adalah bahwa di sana keadaannya sangat parah. Walaupun mereka sangat membanggakan kekuatan militer mereka yang merupakan no.4 di dunia, tapi di bidang lain, sangat jauh dari membanggakan. Dalam bidang kesehatan, walaupun warga tidak perlu membayar biaya kesehatan di RS, tapi dokter sangat rendah skill-nya, bahkan untuk operasi ringan seperti katarak saja, mereka [mungkin] tidak bisa. Di atas meja bedah, alih-alih kasur dan sprei bersih, yang ada hanya darah yang mengering di meja tersebut. Sangat tidak steril dan mengenaskan. Botol infus dibuat dari botol arak (yang ijo itu lho, yang kaya botol kecap). Bahkan tidak ada sabun di rumah sakit.
Korea Utara menerapkan politik luar negri tertutup. Hal ini terjadi sejak meletusnya Perang Korea (antara Korea Utara dan Korea Selatan) yang berlangsung dari 25 Juni 1950 sampai 27 Juli 1953. Amerika Serikat adalah negara sekutu Korea Selatan yang sangat dibenci oleh SEMUA masyarakat Korea Utara. Saya memberi penegasan pada kata SEMUA karena hal itu sangat terlihat dari rekaman dokumenter curi-curi tersebut.
Hal lain yang saya lihat adalah betapa berhasilnya pemerintahan Kim Jong Il dalam melakukan pencucian otak atas rakyatnya. Doktrin yang sangat nyata mendarah daging adalah membenci Amerika sampai mati. Rakyat Korea Utara juga sangat mencintai dan memuja-muja Kim Jong Il serta Kim Il Sung (ayah Kim Jong Il) bak memuja dewa. Mereka sangat yakin bahwa pemimpin mereka itulah yang membuat mereka masih hidup dan hidup bahagia setelah kehancuran mereka di era Perang Korea.
Aksi Kim Jong Il dalam “menutup” Korea Utara sangatlah berhasil. Karena sampai saat ini, warga Korea Utara tidak mengenal buku umum dan internet. Sangat kontras dengan kehidupan Kim Jong Il sendiri yang dielu-elukan, yang konon merupakan pecinta film dan memiliki koleksi film sebanyak 20.000 buah. Buku-buku yang ada di Korea Utara semuanya ditulis oleh satu orang saja, yaitu Kim Il Sung, sang pendiri negara tersebut. Saya akan mengategorikan hal ini sebagai pembodohan. Mengerikan. Di era semacam ini… Saya melihat hidup mereka sama ‘modern’nya dengan kota kecil di Indonesia tahun 1990-an awal. Sedangkan HAM dll, jauhhhh tertinggal.
Saya memang nggak luas wawasannya. Pantas saja hal-hal di atas baru saya ketahui sekarang, di usia 21 tahun (lebih). Jadi malu. Tapi, apa dulu di sekolah saya pernah diceritain tentang keprihatinan akan kehidupan di Korea Utara ya? Saya rasa…. Nggak pernah deh. Hehehe. Makanya saya tulis di sini untuk yang belum pernah tahu seperti saya kemarin. Yang emang belajar sejarah yaaa… Memang bukan target pembaca yang saya harapkan. Tapi komentarnya, boleh dong… 🙂
Ehm… Saya belum tahu banyak soal Myanmar, cuma dengar heboh-heboh soal junta militer di sana. Saya rasa, di sana juga banyak hal buruk yang terjadi…. [lesu]
Akan saya cari tahu…..
Gambar: wikipedia & ini