Monthly Archives: April 2008

Menyikapi Ahmadiyah

Standar

Saat kasus Ahmadiyah menyeruak akhir-akhir ini, saya berpikir, bagaimana seharusnya saya menyikapi masalah tersebut. Memang sih, saya nggak ada urusannya dengan mereka. Mereka nggak merugikan saya. Saya juga nggak ada urusan dengan mereka selama ini. Hm, tapi saya merasa perlu untuk menentukan sikap.

Saya pun menimbang, dulu Yesus, yang kini diakui sebagai Tuhan oleh umat Katolik, juga dianggap sesat kan? Dihukum salib dengan dakwaan ‘berdosa’, karena mengaku sebagai Anak Allah. Kini, Katolik sah menjadi sebuah agama. Apa bedanya dengan ‘siapapun dia di Ahmadiyah’ yang mengaku sebagai nabi. Siapapun boleh memercayainya, saya rasa.

Pertimbangan kedua saya: bukankah di UUD 1945 tertulis, orang boleh berhak memiliki agama atau menjadi anggota aliran kepercayaan sesuai dengan pilihannya? Kok orang mau mempercayai aliran Ahmadiyah dilarang ya?

Nah, menurut saya, karena Ahmadiyah itu sekilas tampak seperti Islam, itu yang bermasalah. Banyak orang Islam yang masuk ke Ahmadiyah (sadar/tak sadar bahwa Ahmadiyah berbeda dengan Islam). Makanya ada yang marah. Oleh karena itu, menurut saya, baiknya Ahmadiyah itu jangan dipaksakan untuk dibubarkan. Diakui saja sebagai suatu sekte atau aliran kepercayaan.

Saya sebenarnya agak bingung juga, siapa sih yang boleh mengatakan kelompok lain sesat atau tidak. Hmmm [mikir mode on]. Daripada adanya tindak kekerasan dan cenderung membawa ‘kerusuhan’, apa tidak sebaiknya Ahmadiyah itu dibiarkan saja, hanya saja diberi label “Ahmadiyah tidak sama dengan Islam” atau “Ahmadiyah bukan Islam”. Yang penting masyarakat tahu bahwa Ahmadiyah itu berbeda dengan Islam. Islam adalah agama. Ahmadiyah? Nggak tahu deh, apa.

Begitu lebih baikkah? Sementara ini menurut saya begitu. Salahkah pendapat saya?

Tempat Makan di Jogja [3]

Standar

update post Nov 2012

Nah, sesuai dengan permintaan komentator, dan kebetulan kemaren baru makan di daerah Godean.

6. Mang Engking [Jl. Soragan — Jl. Godean km.1 belok kiri, itu jalan Soragan]

Mang Engking terkenal dengan udang galah-nya. Awalnya saya udah mbayangin udang galah itu seperti lobster (otaknya korslet), gede. Eh, waktu dateng, kok ya kecil. Hahaha, ketawa sendiri dalam hati karena dari jaman dulu yang saya bayangin adalah lobster. Dasar tolol. Yang paling oke di sini adalah kastilnya. Keren banget. Atmosfirnya beda banget sama Indonesia. Sangat Eropa… Keren.

Akhirnya pada kesempatan kedua ke sini, saya makan di dalam kastil, di meja makan yang di atas pasir putih, diatapi dengan dahan-dahan pohon kemboja yang dihiasi lampu-lampu kecil-kecil warna kuning. Sangat hangat dan romantis. Pada kunjungan pertama saya duduk di tempat yang suasananya khas Indonesia banget. Pondok-pondokan dari bambu. Oke juga. Katanya Widy (nggak tau dia liat tulisan di mana) bukanya baru 12 April. Baru banget ya… Emang, dulu waktu saya lewat tempat itu, kastil itu cuma berdiri gitu aja tanpa ada tempat makannya. Nah, makanan yang oke di sana adalah:

  1. Udang Galah/Super Bakar Madu Rp127.000/kg [mantap banget, sayang saya alergi setelah makan kemaren] [tapi mama bilang, memang udangnya nggak fresh]
  2. Gurame Bakar (Besar) Rp54.500 — gurame tersedia dalam ukuran kecil, sedang, & besar. [ennaaak lo]
  3. Cah kangkung Rp7.500
  4. Nasi (Bakul Besar) Rp18.000 — paling kalo cowok yang makan, cuma ber3 ato ber2 ato malah sendiri.
  5. Sambel terasi Rp1.500 (semua yang makan bilang enak, karena saya tidak suka sambel, so… nggak nyoba)

Minumnya yang paling tepat adalah air mineral 600ml karena cenderung pedes & akan banyak minum.

Yang kurang oke tapi mending nggak usah dipesan (nggak parah, tapi nggak istimewa):

  • Gurame Asam Manis

Hmm… tempat ini cocoknya buat makan besar sampai kenyang. Udang bakar madunya mantap. Beh… Pesta!!! Sayang, musik/lagunya nggak kontinyu.

Selanjutnya tempat makan di daerah jakal (jl.Kaliurang)

7. Mie & Salad Vidi [Jl. Kaliurang, masuk gang ke arah barat, seberang toko jam Seiko-Alba]

Bukanya jam 12.00-21.30 tapi pesanan by phone cuma dilayani sampe jam 20.30. Pesanan by phone minimal 5 item. Tempat ini ada hotspotnya. Lumayan.

Di sini aku udah nyoba beberapa item. Ada yang oke:

  1. Mie Goreng Oriental Rp8.500
  2. Nasi Goreng Yan Cou + Ayam Rp9.000 (ayamnya enak, tapi kecil)
  3. Salad buah (rasanya ada asin-asin keju, ya, seger & ada susunya, ga istimewa, tapi cukup ngangeni)
  4. Segala jenis ayam-ayaman

Yang patut dihindari:

  • Kwetiau (karena nggak enak! emang bukan spesialis bikin kwetiau)

Slamat makan….

nokia1650 vs nokia2626

Standar

Tadi siang, sekitar jam 14.00, saya pergi membeli HP (handphone) di suatu tempat rahasia (taelah..pake rahasia2 segala)…. Lalu, saya langsung parkir & masuk ke ruangan display tersebut…

Niat saya sudah bulat. Saya akan membeli HP Nokia 2626 warna PINK…. Itu lho, hape-nya yg ada avatarnya & pake lagu let’s dance togather (inget ga iklannya di tipi2?) Maka….. saya masuk dan langsung bertanya, “Mas, HP N2626 brapa ya?”

Masnya menyebutkan harga “5xx. tapi ga ada stock-nya”…. (Apes….). Lalu masnya mengajukan saran. “Ini aja mbak N1650…. persis…. cuma lebih tipis & ada senternya. Harganya sama. 5xx”

Saya pun berpikir. Berhubung HP ini memang harus saya beli dengan segera, maka mikirnya ga bisa lama-lama. Ga bisa mikir sambil pulang & cek di internet dulu….. Saya liat gambarnya, modelnya lebih jelek dari 2626. Hm, tapi kalo sama persis, lagipula ada tambahan senternya, oke lah. Maka deal, saya ambil HP itu….

Saya sempet liat-liat HP lainnya, yaitu 2630 yang dulunya saya taksir namun urung saya beli karena ada kameranya (saya nggak butuh kamera di HP, mubazir)… Eh, tipis sih tipis… (dulu sih ngeliatnya sambil tercengang)… cuma model yang tadi didisplay udah agak lama kayanya, jadi banyak lecetnya. Jadi kurang oke… Langsung ilfil 🙂

Hp diambilkan, sekali lagi waktu saya mau yg warnanya putih merah, eh nggak ada, adanya cuma yang item… Apes…. Kemudian saya bayar…. Saya buka di tempat itu HP…. Memang bener. Masih bagusan 2626. Tapi kata masnya, Nokia 1650 ini keluaran baru. Yang diiklanin sama Andra & The Blackbone. Oke, saya lumayan senang. Setidaknya nggak jadi punya HP yang kembaran sama mama.

nokia 1650

Apa yang terjadi? Ternyata, 1650 walaupun harganya sama persis dengan 2626, bagusan 2626 banget….. Huh… bete…. Liat aja di link di atas. Sebal.. sebal…. Tapi ya nggak papa deh. Wong HPnya ya gratis dari mama. Nokia 1110i yang kupakai mau dipakai mama untuk telpon-telponan pake XL (dengan teman gosipnya, huahaha, nggak dink, dengan tante Vero yg ada di tulisan PERUMPAMAAN TANGAN YANG HILANG) Jadinya aku disuruh beli yang baru, dan harus cepat….. Begini lah… Tidak teliti sebelum membeli 😦 Ga sempat cek di internet

Inilah bukti, mengapa kita membutuhkan expert dan teman sebagai reference group u/ pembelian. Ini dia fungsinya…. Maka saya menceritakan ini supaya yang mbaca bisa terhindar dari kesalahan yg sama dengan saya… Itulah mengapa reference group lebih dapat dipercaya daripada public relation. Jadi ingat kelas Perilaku Konsumen (Consumer Behavior)…… 😦

Molakrim vs Counterpain

Standar

Nah, ingat waktu saya menulis ttg ‘tangan yang hilang’? Karena kaya keseleo, maka waktu itu saya mampir di sebuah apotik di Solo. Apotiknya cukup besar. Intinya, saya ingin membeli COUNTERPAIN–mengingat pengalaman saya diberi counterpain oleh Dika yang memang cukup oke buat ngurangi sakit.

Ketika mengatakan mau membeli counterpain, seorang salesgirl mendekati saya dan menawarkan MOLAKRIM. Dan ternyata upaya personal selling ini berhasil membuat saya mengubah produk yang akan saya beli. Apa yang dia katakan sehingga saya mau untuk membeli MOLAKRIM daripada COUNTERPAIN?

  1. Harga COUNTERPAIN 15g = Rp13.500 sedangkan MOLAKRIM 30g = Rp7.600
  2. Komposisi COUNTERPAIN dan MOLAKRIM sama (seperti gambar di bawah). Coba deh kalian buktikan sendiri.

Jadi, setelah berpikir beberapa detik. Saya pun mengubah produk yang akan saya beli. Selamat ya mbak! Hehehe. Selain itu ternyata saya mendapat bolpen MOLAKRIM (sales promotion). MOLAKRIM ini buatan MOLEX AYUS PHARMACEUTICAL Tangerang-Indonesia.

Pesan saya bagi marketing perusahaan pembuat CONTERPAIN, you have to notice this! Hohoho… You got one competitor that won me…. Be careful!

Tempat Makan di Jogja [2]

Standar

update post Nov 2012

5. Bale Raos [Pasar Burung Ngasem, ke arah timur, deket Sarinah Gallery]

Aku suka bawa turis ke sini. Saudara-saudara atau tamu. Berhubung ini restorannya keraton, ya pantes dong, kalo sekali makan, seorang kira-kira habis Rp30.000-Rp40.000. Tapi baik aku dan mama (pecinta makanan juga) selalu oke kalau diajak ke sana. Ini dia yang aku suka:

  1. Steak Lidah (banyak yg suka)
  2. Nasi Langgi Rp23.000
  3. Oseng Daun Pepaya Rp6.000 (aku suka banget)
  4. Roti Jok (seperti di foto)
  5. Es Beras Kencur Rp5.000
  6. Es Secang Rp5.000

Trus, ini dia menu yang nggak akan aku pesan lagi (nggak istimewa alias agak mengecewakan):

  • Bebek Suwar Suwir Rp30.000

Yang biasa aja (nggak mengecewakan, tapi nggak ngangeni):

  • Gecok Ganem Rp14.000

Yang cenderung bikin bule penasaran (aku lebih suka secang, tapi bolehlah dicoba):

  • Bir Jawa Rp10.000 (di foto, bag tengah)

Nah, di sini makanannya khas. Jawa banget. Jadi sesekali ke sini oke kan….. Lagipula asyiknya di sini sepi. Entah kenapa. Mungkin banyak yang belum kenal ama tempat ini. Oya, spesialnya lagi kalo makan dipasangin gending jawa. Kalo dia lupa pasang, minta dipasangin aja. Suara gamelan itu, nambah seru suasana makan lho. Mantap! Kalo malem minggu, malah ada  live music lho… Lagu-lagu lama gitu. Keren & romantis 🙂

Oya, lupa… harga tadi belum termasuk 21% tax and service. (data harga belum diperbaharui, secepatnya akan di-update)

Perumpamaan: Tangan yang Hilang Kini Telah Kembali

Standar

Episode ini saya ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya untuk semua pihak yang telah berjasa dalam ‘mengembalikan tangan saya’

Hahaha…. tapi tenang saja, saya ini masih berstatus ‘manusia’ kok. Jadi, tangan saya kemaren-kemaren itu bukannya ‘ketlingsut’ di bawah meja / kolong tempat tidur. Jadi begini ceritanya:

Rabu (26/03/08) pagi, saya bangun dengan pergelangan tangan kiri yang sakit. Seperti ‘salah tidur’. Jadi, tidak bisa ditekuk ke dalam (lengan dalam) dan ke luar. Ga bisa ngawe-awe dengan maksimal. Hari itu saya kuliah Kewarganegaraan & pergi ke lokasi KKN. Malam hari, tangan semakin bengkak. Tapi seharian saya masih bisa naik motor sendiri. Yang agak susah dilakukan adalah menekuk tangan kiri untuk mengenakan tas sandang (ransel). Lalu saya tidur. Sepanjang malam tidurnya nggak tenang karena tangan tidak bisa diposisikan sembarangan.

Kamis (27/03) pagi, tangan saya bengkak banget. Genduth! Dan kaku…. Sesama jari tangan kiri tidak mampu saling menyentuh. Karena kebetulan hari Kamis tidak ada kuliah, maka saya tidak ngampus. Janji-janji dibatalkan. Saya dibawa ke tukang urut dekat rumah. Ibu ‘RT tetangga’. Diurut sambil mengaduh-aduh. Selepas diurut, sesama jari bisa bersentuhan. Lumayan deh. Terus sama ibu itu, dibekali ‘uleg-an dedaunan obat’. Sampai rumah saya tiduran sambil tangannya dikompres dengan ‘bobokan daun’. Obat ala film silat itu ditaruh di punggung & pergelangan tangan. trus dilapisi kasa steril, dan dibungkus dengan sapu tangan. Jadi, kaya tokoh kartun petarung gitu. Hehehe. Nah, seharian di rumah deh.

Jumat (28/03) saya berangkat ke kampus karena ada ujian Metopen & Makro. Juga ada kuliah Agama. Tangan saya bengkak lagi di ujian pertama. Semakin lama, semakin sakit. Waduh! Gara-gara naik motor nih! Apes!

Nah, berhubung kuliah Agama itu bukan di kampus, maka saya pun memohon belas kasihan Dheiya. Akhirnya diboncengin deh, ke wisma. Itu tangannya udah nyut-nyutan selama kuliah. Ga konsen. Agak berkurang setelah dikasi counterpain oleh Dika. Anget-anget mengurangi nyut-nyutan. Setelah itu kembali lagi ke kampus. Nunggu ujian Makro jam 14.00. Ampun deh sakitnya. Ujian Makro pun dilewati dengan perasaan ‘ingin ngibrit secepat-cepatnya & ingin ngeluh’.

Pulangnya gimana? Karena nggak bisa bawa motor, maka mama njemput dengan membawa Cik Nia. Saya diboncengin Cik Nia. Tangan kesenggol dikit aja sakit. Bengkaknya menjadi-jadi. Nah, malem itu supaya tangan nggak tambah bengkak, mama bikinin ‘gendongan tangan’. Jari-jari masih bisa saling bersentuhan, tidak seperti Kamis pagi. Tapi sakit. Pergelangan tangannya kaya mau lepas. Oglek-oglek, nyut-nyutan.

Begitulah sampai malam. Pergelangan tangan nggak boleh bengkok. Ketika gendongan tangan tidak banyak membantu mengurangi rasa sakit, maka mama membuatkan gulungan karton susu yang dibungkus kain, sebagai pengganti kayu untuk nyangga supaya pergelangan tangan tidak tertekuk. Di bagian punggung lengan (kira-kira di posisi letak jam tangan-kalau orang pakai jam tangan) itu kaya ketusuk-tusuk. Sakiiit banget. Sampe nggak bisa tidur. Hiks… Nangis deh!

Akhirnya saya minta minum ponstan. Mama juga nelpon temennya di BSD yang bisa bantu nyerap energi (penyembuhan alternatif) untuk bantuin aku. Saya pun nelpon Pak Agus yang ada di Solo untuk ketemu Sabtu pagi. Pak Agus bisa mbantu urut juga. Kenapa di Solo? Karena nggak punya kenalan tukang pijet di Jogja. Saya nggak berani kembali ke ibu RT itu karena di lenganku ada merah-merah gitu. Takutnya salah pijet. Jadi dicoba untuk minta tolong orang lain. Akhirnya…. saya bisa tidur! Tadinya kalo posisi tidur tangan saya sakiiiiittt bgt. Ga brenti2 nangisnya. Itu kayanya setelah dibantuin ama Tante Vero.

Besoknya saya ke Solo, diterapi sama Pak Agus di Wisma Mahasiswa. Pagi sekali, malam sekali. Dan saya pulang ke Jogja. Perlahan, tangan ini sembuh. Cuma kadang-kadang masih suka agak kerasa aneh aja waktu dingin. Hmm… sarannya tante Vero, disuruh cek asam urat. (Whattt?)  Sama… mungkin rematik katanya. Whew… Whatdayathink?

Pokoknya saya mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya untuk semua yang sudah membantu saya untuk mengembalikan tangan saya ini: Mama, Tante Vero, Pak Agus, Bu RT, Widy, Dheiya, Dika, semua…. Terimakasih ya 🙂 Dengan sepenuh hati, saya berterima kasih.